Re-launching SAQINA.COM

Re-launching SAQINA.COM
Bisnis online sering dibayangkan mudah. Namun kami ingin mengelolanya sebaik toko-toko offline kami.

Thursday, May 24, 2007

Gaya Hidup UMR

Menjadi TDA, buka usaha sendiri, lalu alhamdulillah dikasih sukses, seringkali menuai anggapan orang bahwa sang pengusaha itu otomatis banyak uang. Memang betul banyak uang. Pengusaha itu sudah terbiasa dengan uang yang lalu lalang. Masuk bagaikan airbah, keluar bagaikan dam jebol. Banyak uang masuk dan sekaligus banyak uang keluar. Lah lalu dimana nikmatnya ? Bebas finansialnya dimana ? kaya-nya disebelah mana ?

Dari pekerja yang bergaji “pas-pasan”, lalu buka usaha sendiri, sukses, dapet uang beberapa kali lipat dari gajinya, banyak yang merasakan sebagai bebas finansial. Ya betul 100%, sang pengusaha akan bebas mau beli apa aja, mulai dari baju, makan, mobil, rumah, dll. Ada yang salah ? oh tidak, lah wong itu duit-2nya sendiri. Sah-sah saja. Selama hasil usahanya bisa mencukupi semua pengeluarannya. Nah inilah nikmatnya jadi pengusaha.

Lah kok bisa dibilang kaya ? Emang orang kaya harus punya banyak uang ? Tidak mutlak seperti itu. Coba tanya tetangga, orang kaya itu jawabnya pasti yang rumahnya bagus, mobil mentereng, baju keren, dan hobi mejeng di kafe beken. Definisi kaya itu bagi banyak orang adalah yang tampak dimiliki, bukan yang disimpan. Apalagi dalam bentuk investasi yang berbuah passive income.

So, kalau pengin jadi TDA, dan buka usaha sendiri dengan cita-2 kaya seperti itu, boleh-boleh saja. Itukan uang anda sendiri, dan saya yakin mencapainya juga ngga mudah. Tapi kalau Anda seperti itu, saya mengatakannya “Anda Berbisnis untuk Membiayai Gaya Hidup Anda !”

Ujung-2nya adalah gaya hidup. Gaya hidup sering tumbuh seiring keberhasilan anda. Jaman bergaji 1 juta, anda bisa bergaya hidup 1 juta. Setelah jadi TDA, usaha sendiri, dengan hasil usaha 20 juta, ternyata gaya hidup anda tidak terasa menjadi 20 juta juga. Sampai kadang-2 bingung, kok bisa ya ada orang bisa hidup dengan 1 juta sebulan. Padahal itu sudah pernah anda lewati. Saya mengatakannya Anda tetap orang sukses, ya, sukses untuk bisa membiayai gaya hidup anda sebanyak uang yang anda punya. Dan anda sedang membangun tangga, yang jika suatu saat tangga itu patah, anda akan jatuh dengan lebih menyakitkan.

Itulah yang paling banyak saya dengar, baik karyawan atau pengusaha, baik yang pegang uang sebulan 1 juta, 5 juta, 20 juta, atau 50 juta, keluhannya sama. Uang yang mereka pegang masih kurang .. kurang dan kurang … Lah gimana mengatasinya ?

Rubah mindset anda, tetapkan Plafon Gaya Hidup Anda, sekarang juga. Plafon adalah batas atas, dan gaya hidup memang harus dibatasi. Seberapapun anda pegang banyak uang, tetap anda harus tetapkan plafon itu. Kalau bisa, tetapkan plafon gaya hidup anda, senilai UMR dikota anda !

UMR dihitung oleh para ahli, dan mereka yakin orang dengan gaji UMR pasti masih dapat hidup, untuk semua jenis pengeluarannya. So, kita pasti juga bisa dong hidup dengan pengeluaran sejumlah UMR setiap bulannya ? khan orang lain bisa …

Anda semua pasti ngamuk … ngawur aja kamu, pulsa HP-ku saja senilai UMR ! belum bajuku, makan, nonton, beli buku, ngafe, dll. Yang nempel dibadanku setiap hari saja sudah senilai 3xUMR, belum makan, ketemu temen-2 dll, itu sudah 1 UMR. Belum lagi pengeluaran keluarga, anak-2. Ya ngga mungkinlah …

Ya itulah jawaban kenapa menjadi TDA, usaha sendiri, memang ngga betul-2 menjamin anda punya banyak uang. Tapi hanya menjamin meningkatnya Gaya Hidup Anda …

Saya punya mimpi itu, tapi susah sekali meraihnya, sepertinya mustahil. Karena ini adalah bentuk pencapaian yang terbalik.

Bagi saya, Gaya Hidup UMR adalah cermin kesederhanaan.

salam

Saturday, May 5, 2007

TARGET UTANG 1 MILIAR

Mungkin anda akan bilang ini target edan, masak target kok utang. Tapi saya orang yang menyesal mengapa baru berani utang sekarang-2 ini. Utang bukanlah sesuatu yang mudah didapatkan, baik dari teman apalagi utang formal dari Bank. Kalau utang ke teman, kita harus bisa dipercaya 1000%, dan kalau ke Bank, kita harus punya usaha yang terkelola dan tumbuh dengan baik. Tapi hindari gadai dan renternir yaa, apalagi ngemplang!. Juga hindari utang konsumtif, seperti beli rumah untuk ditempati atau beli mobil untuk bergaya.

Kalau kita masih karyawan, kita paling bisa mendapatkan utang dari Bank dengan cicilan maksimal 1/3 dari gaji. Misal dengan mendapatkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang lebih mudah didapatkan oleh karyawan daripada pengusaha. Kecuali perusahaan kita baik, mau ngutangin, walau dengan berbagai macam ikatan. Cara termudah bisa dari Kartu Kredit, tapi ini uang mahal. Cara yang lebih bisa diharapkan adalah pinjaman formal melalui Bank, yang kemudian kita kelola untuk terus bisa meningkat pinjamannya.

Kalau kita bisa dipercaya Bank diberi utang untuk usaha sebesar 1 M, itu berarti dari kacamata Bank, agunan dan jaminan usaha kita juga dipercaya mampu membayar cicilan, ini berarti bisnis kita cashflow-nya baik dan tumbuh.

Saya punya buku saku “Cara Jitu Mendapatkan Kredit Bank – Panduan untuk UKM” karangan Agoeng Widyatmoko terbitan Media Kita 2005. Saya belajar teorinya dari situ, walau secara praktek harus kita modifikasi. Mungkin Anda bisa baca buku ini untuk mendapatkan pengetahuan awal tentang kredit Bank.

Prinsip awal berhutang ke bank, kita harus punya Agunan dan Jaminan Usaha. Agunan biasanya rumah/toko. Jaminan Usaha adalah bisnis kita, bisa produksi, toko grosir atau toko eceran. Agunan kadang hanya menjadi syarat formal saja, tetapi Jaminan Usaha yang menggambarkan Cash Flow bisnis kita itulah yang utama. Bank akan lebih melihat Jaminan Usaha, disamping Agunan.

Sebenarnya saya kurang kompeten untuk menjelaskan soal utang-mengutang ini. Saya mengundang Pak Yoyok (adik Pak Hadi) yang mantan Banker untuk bisa menjelaskan trik-trik mendapatkan kepercayaan Bank, dari kacamata orang Bank.

Saya ingin sharing target saya menuju utang 1 M di akhir tahun 2007, melalui bisnis ritel sejak 2004. Ini sharing loh yaa, bukan nyombong, bangga atau ingin dibilang hebat. Karena saya ingin teman2 punya keberanian yang sama nantinya.

Saya hanya punya pengalaman praktisnya saja, dan ini salah satu Winning saya. Singkatnya sbb:
- Maret 2002 : pertama kali menjadi TDA, tidak punya utang Bank, modal usaha dari gaji terkahir + tunjangan uang obat 1 tahun. Asik khan, Anda pasti punya yang seperti ini.

- Januari 2004 : masih tidak punya utang Bank, tetapi sudah punya mimpi.
- Juli 2004 : utang Bank 120 juta (pertama kali)
- Juli 2006 : total utang Bank 300 juta
- Januari 2007 : total utang Bank 400 juta
- Mei 2007 nanti : total utang Bank 750 juta (lagi proses)
- Des 2007 (target) : total utang Bank 1 M (kalau bisa sebelum lebaran 2007)

Lah kok bisa ? agunan dan jaminan usahanya apa ? prosesnya gimana ? nanti bayar cicilannya pakai apa ? Nah itulah rahasia dan kehendak-NYA.

Salah satu yang agak “menyebalkan” adalah adanya BI Checking, dimana data kita sebagai peminjam sudah masuk ke Bank Indonesia (BI). Katanya semua data utang perorangan dari bank manapun sudah masuk ke BI. Jadi kredibilitas kita juga bisa diketahui oleh bank sebelum kita mendapatkan pinjaman.

Saya tidak akan sharing caranya dulu. Kali ini hanya ingin menanyakan kepada Anda semua ? Anda sudah punya target utang ? berapa ? tahun berapa dicapai ?
Kalau Anda tidak punya target utang …jangan pernah mengeluh soal modal pengembangan usaha loh …

Sebenarnya yang bener BUKA USAHA DULU atau UTANG DULU sih ? he..he..he … saya sendiri juga agak takut kasih tahu Anda semua. Saya rasa Anda yang bisa menjawabnya.

Salam
Rosihan
www.neslink.com/ritel
Ridla Jaya & Saqina Distro Muslim
Founder TDA Yang Terhormat,

Sedih juga membaca email Bapak soal Member TDA yang Sedang Prihatin. Tapi itulah kenyataan menjadi TDA, kadang bisa diatas dan dibawah, roda berputar. Itu sebuah fenomena yang diluar kontrol kita.

Saya yakin saat ini Founder telah “MELEDAK” (alias kuwalahan) karena sebagian besar Member TDA akan sering bertanya, konsultasi, berbagi info sukses, tapi juga keluhan “kegagalan”. Mungkin Pak Roni suatu saat akan bosan dan capek melayani hal itu. Tapi itu sebuah konsekuensi menjadi Lokomotif.

Dari 900 member, 5%-nya adalah 45 member yang sedang mengalami “kegagalan” menjadi TDA yang berhasil.

Menjadi TDA yang sesungguhnya memang tidak bisa serta merta lahir dari “provokasi” milis dan blog. Menjadi TDA perlu proses pembelajaran yang riil, sekolah, konsultasi, coaching intensif, kursus, interaksi, silaturahmi komunitas, pembinaan, menjadi binaan dan adanya Jaring Pengaman Sosial TDA.

Berikut usul saya : Saatnya membangun TDA RESOURCE CENTER (TDA RC), yang terdiri dari :

TDA Institute : mohon bisa didirikan untuk memberi bekal pengetahuan formal Business in General (manajemen, marketing, keuangan, bank, pajak, dll). Ini harus dalam bentuk Short Course terstruktur, dalam kelas, dengan dosen tamu yang kompeten. Siapa tahu "kegagalan" temen-2 karena melupakan hal ini. Tapi jangan seperti EU-nya Purdi Chandra, yang isinya hanya “provokasi” saja untuk keluar dari perusahaan, tapi tidak ada proses lanjutannya dalam bentuk komunitas yang “guyub”.

TDA Business Consulting & Coaching : sebagai sandaran konsultasi, media pembinaan bagi para TDA yang memulai bisnis, pasca lulus dari TDA Institute. Pembinaannya bisa one to one, one to many, tandem, dll.

TDA Financing : sebagai alternatif pendanaan dari komunitas, dimana sumber pendanaan bisa dari pihak ketiga. Ini yang agak susah. Sumber dana bisa dari Pengelolaan Zakat Produktif. Sumber dana bisa dari ZAKAT 20% Gross Profit anjuran Pak Faiz.

JPS TDA : ini bisa jadi penyangga sosial bagi “kegagalan” member TDA memulai usaha. Sumber dana bisa dari ZAKAT 20% Gross Profit anjuran Pak Faiz.

Dll, mohon teman-2 bisa menambahkan.

Sebagai Member, saya salut kepada para Founder TDA, Bapak/Ibu semua begitu mulia menjadi Lokomotif TDA. Tapi jika TDA semakin besar, saatnya membangun Sistem TDA, agar tidak lagi tergantung pada person-2 founder TDA, tapi kepada sistem. Tapi jika sudah menjadi sistem, semoga tidak mem-birokrat, tetap fleksibel, open.

Ketika saya belanja selimut ke rumah Pak Hadi, saya sempat menunggu 15 menit Pak Hadi terima telepon temen TDA untuk konsultasi. Pak Hadi juga cerita, temen-2 TDA sering konsultasi banyak hal tentang bisnis. Saya membayangkan Pak Hadi akan kedatangan 1000 tamu sebulan setiap malam. Maka "meledaklah" Pak Hadi.

Terima kasih

He…he…he..serius amat yaa …

Salam
rosihan
www.neslink.com/ritel
Ridla Jaya & Saqina Distro Muslim

Kamu Tidak Akan Pernah menjadi TDA

Pagi itu si Bedul makin gelisah, bombardir email dimilis TDA dan blog-blog-nya member TDA makin membuat dia bingung. “aku mau TDB terus atau pindah TDA yaa ??”. Dia bingung mau nanya kemana … klo nanya ke TDA, jawabnya pasti provokasi terus. “Lah tanya siapa yaa ?? oh iya, aku tanya Gus Pur aja, aku pengin nasihat yang lebih arif ”. Gus Pur adalah kyai edan yang dikenal baik sama si Bedul pas iseng ikut pengajian tasawuf.

Si Bedul : assalamua’alaikum Gus …


Gus Pur : salam, ada apa Dul, pagi-2 kok modar amat muka-mu.

Si Bedul : gini Gus.. saya ini lagi bingung beneran, pengin keluar kerja dari perusahaan, pengin jadi pengusaha, tapi masih takut.”

Gus Pur : kamu itu memang edan, nyepelekan Gusti Alloh. Kamu pikir kalau kamu keluar kerja, Gusti Alloh ngga ngurusin kamu apa ?? Ini pertanyaanmu yang ke-7 kali Dul … aku sebenarnya sudah bosen kamu tanya ini terus ..

(Gus Pur langsung nyerocos sambil muncrat-muncrat ludahnya. Si Bedul ngga nyangka langsung di semprot)

Gus Pur : coba kamu pikirkan ke-7 kali Dul !. Kamu sekarang ini kerja ikut perusahaan. Kamu digaji pas-pasan tiap akhir bulan. Kamu dikasih tunjangan ini itu. Itu supaya kamu bisa melakukan semua kewajiban yang diwajibkan ke kamu sebagai karyawan oleh perusahaan. Kamu biar konsentrasi ngurusi kerjaanmu, dan ngga pernah ngurusin gajimu. Soalnya kamu sudah tenang, sudah yakin, kalau perusahaanmu pasti mengurusimu ! menggajimu ! ngasih makan kamu ! njamin biaya kesehatanmu! Ngreditin mobilmu ! ngasih pinjaman uang muka rumahmu ! kurang apa lagi ???

Si Bedul : iya ..iya Gus, saya memang menikmati itu … (sambil nunduk malu)

(Gus Pur nyerocos terus) “Jadi, sebenarnya apa bedanya dengan jadi karyawannya Gusti Alloh ?

Si Bedul : loh maksudnya Gus ? karyawannya Gusti Alloh ?

Gus Pur : lah iya, Gusti Alloh itu yang punya PT Mestakung ! Siapa bosnya ? ya Gusti Alloh langsung ! Kalau kamu jadi karyawannya Gusti Alloh, GAJI kamu UNLIMITED ! TAK TERBATAS! suka-suka Gusti Alloh. Kamu akan dikasih tunjangan rejeki ini itu, dan kamu laksanakan aja semua kewajiban yang diwajibkan oleh Gusti Alloh ke kamu. Kamu konsentrasi saja ngurusi kerjaanmu, dan ngga usah ngurusin rejekimu. Soalnya kamu sudah tenang, sudah yakin, kalau Gusti Alloh pasti mengurusimu ! menggajimu ! ngasih makan kamu ! njamin kesehatanmu! njamin mobilmu ! njamin rumahmu !. Dan semua pemberian itu UNLIMITED ! TAK TERBATAS ! ngga kayak kamu sekarang ini, perusahaanmu itu serba Limited, serba Terbatas. Jadi kamu sendiri toh yang membatasi semua itu?

Si Bedul : lah pekerjaan utamaku apa Gus ? (si Bedul nyela)

Gus Pur : Cuman kewajiban pekerjaan utamamu beda, yaitu menyebarkan rahmatanlilamin ! Jadi khalifatulloh dimuka bumi !

(Gus Pur nyeruput kopinya sebentar .., diam sejenak. Si Bedul agak tenang sedikit)

Si Bedul : iya.. iya Gus ..sekarang saya harus ngapain Gus ?

Gus Pur : lha sekarang kamu mau buka usaha apa ?

Si Bedul : buka toko busana muslim Gus …

Gus Pur : tujuanmu apa buka toko itu ?

Si Bedul : (sambil sok yakin) ya untuk usaha Gus, cari uang. Saya khan penginnya jadi pengusaha yang bebas finansial Gus. Klo saya punya toko, khan nantinya dapat untung. Yang kerja juga karyawan saya Gus, jadi saya akan terima Passive Income Gus.

Gus Pur : bebas finansial gundulmu, passive income mbahmu !!! (sambil ludahnya muncrat ke mukaku)

Gus Pur : kamu kok masih bego amat seh ! bebas finansial itu urusan Gusti Alloh ! bukan urusanmu !

Si Bedul : lah terus tujuannya apa Gus !

Gus Pur : klo kamu buka toko busana muslim, tujuanmu ya pelayanan umat ! ngasih umat barang bagus dan murah ! mbuka lapangan kerja!. Jadi karyawannya Gusti Alloh untuk urusan pelayanan umat, mbuka lapangan kerja dan mbagi rejeki ke supliermu dan karyawanmu ! sedangkan hasilmu, rejeki atau gajimu itu urusan Gusti Alloh ! Bukan urusanmu !

Si Bedul : lah buat apa dong Gus aku belajar ke Brad Sugars, Kottler dll lain-2 itu kalo tujuannya bukan bebas finansial ?

Gus Pur : loh, kok ngambeg. Emang si Brad sama Kottler itu bisa njamin kamu 100% bebas finansial ? yang bisa njamin cuman Gusti Alloh Dul. Kamu belajar ilmu mereka itu hanya untuk modal ikhtiar ! supaya manajemen tokomu lancar. Kalau kamu makin pinter ngelola toko, tokomu bisa makin besar dan banyak! kamu bisa melayani umat lebih banyak, karyawanmu banyak. Kamu pintar mengelola bisnis itu harus, itu kewajiban. Itu modal professionalmu supaya kamu tidak dipecat dari status karyawannya Gusti Alloh. Lah kalau kamu goblok, ngelola bisnis saja nggak becus, mana bisa kamu melaksanakan tugas utamamu, menyebarkan rahmatanlilalamin … ?? Tapi ingat, segala kesuksesan bisnismu itu bukan karena kepintaranmu atau karena si Brad & Kottler itu ! tapi itu semua kehendaknya Gusti Alloh !

Gus Pur : wis … sekarang kamu berkarir aja di PT Mestakung, jadilah karyawannya Gusti Alloh sebaik-baiknya. Lakukan semua perintah dan larangan bosmu itu ! Jadilah karyawan pilihan Gusti Alloh. Kalau kamu pusing, tanya Gusti Alloh langsung. Kalau kamu bahagia, terima kasihlah ke Gusti Alloh langsung ! Sudah, dari tadi mikir gitu aja kok repot...

Si Bedul : wah … edan bener Gus ..assalamu’alaikum Gus …

(Si Bedul makin tenang dan yakin, bahwa dia tidak akan benar-2 keluar dari perusahaan, tapi cuman pindah kerja aja! Busyet ..gampang bener ….)

Salam
Rosihan
Disarikan dari pemahaman atas pengajian kitab tasawuf klasik Al Hikam karya Ibn Ataillah as-Sakandari.

Buku Brad Sugars dan Manajemen Ritel

Seminggu lalu membeli buku "Jalur Cepat Menuju Kaya" karya Brad Sugars di Gramedia, saya terus berusaha mendapatkan poin2 pentingnya, khususnya pada bab yang membahas 5 Tingkatan Wirausahawan.

Saya membaca berulang-ulang bagian Tingkat 1 - Pekerja Mandiri dan Tingkat 2 - Manajer. Sepenuhnya saya menyadari, menjadi TDA sejak 2002 di bisnis Teknologi Informasi, ternyata hanya menempatkan saya berputar-putar pada Tingkatan 1 dan 2 saja. Saya telah bekerja keras dan tidak maju-maju. Thanks for Brad Sugars, saya mendapatkan pencerahan sekali dengan buku ini.

Inti dari Tingkat 1 adalah periode penting untuk memulai, bekerja keras, dan belajar banyak hal. Intinya adalah pendidikan bisnis, sekaligus menikmati kelebihan sedikit finansial dari masa menjadi Karyawan.

Inti dari Tingkatan 2 adalah membangun fondasi bagi bisnis untuk dapat tumbuh terus dimasa depan. Harus mulai belajar sistem, bagaimana mengembangkannya, menangani pertumbuhan, mendelegasikan pekerjaan, dan mengembangkan kepercayaan.

Di bisnis IT saya, saya telah bekerja keras dan tidak maju-maju. Saya tidak mempelajari apa yang seharusnya saya pelajari di Tingkat 1 dan Tingkat 2.

Bagi Member TDA yang baru memulai usaha, Anda wajib baca buku ini, supaya Anda tahu betul tahapan yang akan Anda lalui, dari mulai karyawan hingga Wirausahawan. Dan Anda bisa tentukan kapan Anda berpindah dari tingkat ke tingkat, tanpa perlu terjebak seperti saya, 5 tahun hanya berkutat di Tingkat 1 dan Tingkat 2.

Saya tidak mau terjebak seperti itu lagi di bisnis Ritel yang sedang saya besarkan sekarang. Saya harus mengembangkan bisnis ritel saya dengan baik dan benar. Saya harus belajar, kalo perlu kuliah bisnis ritel. Sebenarnya ada Hari Darmawan Business Ritail Institute, tapi setelah saya kontak tidak mendapatkan respon yang pasti. Sempat bingung juga …dimana yaa sekolah yang serius untuk bisa berdagang dengan cara modern ?

Setelah tuntas baca buku Bard Sugars, saya segera balik ke Gramedia, yang saya cari, buku soal mengelola toko/bisnis ritel dan juga membangun sistem. Alhamdulillah, saya menemukan buku text book kuliah “Manajemen Ritel – Strategi dan Implementasi Ritel Modern”, catakan 2006 karangan Christina Whidya Utami, doktor dan dosen kuliah Manajemen Ritel. Luar biasa, buku ini dilahirkan dari kolaborasi peneliti, praktisi dari Matahari dan Makro. Tapi jangan dibayangkan ini buku saku, ini buku kuliahan, padat sekali, sebanyak 300 halaman dengan harga Rp.59.900. Jadi siap-2lah menjadi pelajar/mahasiswa lagi. Saya tidak tahu, apakah mahasiswa yang kuliah Manajemen juga mendapatkan ini.

Sekilas daftar isi buku :
Bab 1 : Ruang Lingkup Bisnis Ritel
Bab 2 : Perilaku Belanja Pelanggan dalam Bisnis Ritel
Bab 3 : Strategi Pemasaran Ritel
Bab 4 : SDM dalam Ritel
Bab 5 : Aspek Keuangan Ritel
Bab 6 : Pemilihan Lokasi Ritel dalam Area Perdagangan
Bab 7 : Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasokan
Bab 8 : Manajemen Hubungan Pelanggan dalam Ritel
Bab 9 : Perencanaan dan Pengelolaan Keanekaragaman Barang
Bab 10 : Sistem pembelian Barang Dagangan
Bab 11 : Strategi Penetapan Harga
Bab 12 : Bauran Komunikasi Ritel
Bab 13 : Desain Tata Ruang Toko dan Visualisasi Barang Dagangan
Bab 14 : Kualitas Layanan dalam Bisnis Ritel
Bab 15 : Sistem Antrean dan Penanganan Keluhan

Jadi untuk semua member TDA yang ingin/sudah masuk ke bisnis ritel, saya rekomendasikan membeli dan membaca buku ini. Jika anda punya kios, toko, distro, yang menjual eceran, anda akan mendapatkan banyak pengetahuan teknis disini. Karena kita akan belajar cara pengelolaan Ritel Modern (seperti Matahari, Ramayana, Makro, Alfa, dll).

Mohon doa restu atas dibukanya distro kami, SAQINA Distro Muslim di Mojokerto – Jatim.

Salam
rosihan