Re-launching SAQINA.COM

Re-launching SAQINA.COM
Bisnis online sering dibayangkan mudah. Namun kami ingin mengelolanya sebaik toko-toko offline kami.

Sunday, August 5, 2007

Menjadi Pengusaha dengan Proses Dialektika Tanpa Henti

Salah satu hal yang paling menyebalkan pengusaha, adalah ketika ditanya pertanyaan-pertanyaan semacam ini :

- Bagaimana Anda dulu memulai menjadi pengusaha ?
- Bagaimana ceritanya usaha Anda bisa menjadi besar seperti ini ?
- Berapa dan darimana modal awalnya ?
- Apa cita-cita Anda sesungguhnya ? Apakah sesuai dengan visi dan misi Anda ?
- Apakah keunggulan Anda ?
- Apa saja tips-tips sukses Anda untuk bisa menjadi besar seperti saat ini ?
- Dan seterusnya berderet-2 pertanyaan dengan awalan bagaimana, apakah, berapa, siapa …dst ..dst..dst …

Semua pertanyaan diatas bukannya tidak boleh, boleh-boleh saja. Asal yang menanyakan adalah wartawan, entah itu wartawan majalah bisnis atau kewirausahaan. Karena tujuannya untuk menuliskan sebuah proses, sebuah perjalanan, untuk mudah dibaca secara runtut dan dipahami pembacanya.

Tapi jika pertanyaan-pertanyaan itu ditanyakan oleh anak muda yang mau menjadi pengusaha, itu semua adalah pertanyaan yang menyebalkan. Kenapa, karena pengusaha itu tidak mungkin mampu mengingat setiap detil perjalanannya yang penuh dengan proses dialektika tanpa henti. Itu saja !.


2 Jalan Yang Memang Berbeda

Suatu hari, 2 anak muda diberikan tugas untuk menuju ke suatu kota X yang terpencil dan belum banyak data yang bisa menjelaskan keberadaannya. Tapi kota itu bisa dicapai pulang pergi hanya dalam waktu 10 hari. Apa yang berbeda yang dilakukan oleh 2 anak muda itu ?

Si Pintar :
Karena pintar, sibuk mendapatkan data dulu, dimana kota X berada. Seberapa jauh, alat transportasinya apa, berapa biayanya, bagaimana dukungan akomodasi, dll. Intinya, persiapan yang matang untuk sebuah keniscayaan yang belum jelas adanya. Hasilnya apa ? semua data-data tetap ia dapatkan, walau bukan data yang akurat. Dari data itu, dia juga sudah menetapkan asumsi-asumsi, perencanaan plan A, B, dan C. Akhir kata, Si Pintar berangkat dengan keyakinan, bahwa dia berani karena merasa persiapannya matang.

Si Bonek :
Tidak ada yang dilakukan secara berlebihan, dia melakukan perencanaan sewajarnya. Mengapa ? karena dia yakin atas penjelasan awal, bahwa kota X yang terpencil itu memang belum banyak yang tahu disini. Jadi percuma kalau dia tanya sana-sini ketika belum berangkat. Dia hanya menyiapkan bekal untuk cukup berangkat dan pulang. Akhir kata, Si Bonek berangkat dengan keyakinan, bahwa dia berani karena dia siap menghadapi apapun yang terjadi. Dia siap bertanya sepanjang perjalanan. Dia yakin, semakin dekat dengan kota itu, semakin banyak orang yang akan memberitahu tentang kota itu.


Apa yang terjadi selama perjalanan ?

Si Pintar :
Dia mulai berangkat, dengan plan A. Ketika pertama kali dia menemukan kondisi yang berbeda dengan rencana dia temukan dijalan, dia sudah gelisah dan kesal, kok tidak sesuai rencana. Mulailah dia masuk ke plan B. Agak tenang meneruskan perjalanan. Tapi kondisi baru yang berbeda terus ditemukan. Semua plan A, B dan C sudah tidak memadai. Dia mulai putus asa. Dia merasa salah persiapan, kurang data, data tidak akurat. Dia semakin yakin, bahwa akan banyak dijumpai kondisi-2 diluar rencana yang harus dia hadapi. Lebih baik pulang balik mempersiapkan lebih baik, daripada meneruskan dengan bekal yang makin menipis. Akhir kata, dia menetapkan untuk pulang balik.

Si Bonek :
Disetiap penggal perjalanan, Si Bonek selalu bertanya, mulai mengumpulkan data. Baginya, setiap kondisi baru yang ditemukan, adalah bahan pertanyaan. Setiap kondisi baru akan memberikan jawaban. Semakin ketemu banyak kondisi, dia semakin bisa menyimpulkan keberadaan kota yang dicari. Semakin banyak pula petunjuk-petunjuk. Bahkan ketemu dengan orang-2 yang sudi membantunya. Dia semakin yakin, kota yang dicarinya semakin dekat. Akhir kata, dia menemukan kota itu, dimana dia disambut bagaikan keluarga oleh warga kota setempat. Dia mencoba mengingat, semua yang terjadi di perjalanan, sama sekali tidak pernah terlintas dibenaknya. Yang ada dibenaknya hanya dimana dan bagaimana kota itu.


Si Bonek dan Kecerdasan Dialektis

Proses dialektika adalah sebuah permainan antara cita-cita dan rencana versus realitas yang ada didepan mata, saat ini. Setiap kita, yang berpengetahuan, selalu terkena kutukan rencana. Setiap kita yang terus melangkah, selalu berhadapan dengan realitas yang nyata. Apakah rencana dan realitas selalu sejalan ? maunya kita iya, realitasnya tidak. Realitas ternyata mempunyai jalannya sendiri. Realitas kadang tidak mau mengerti atas rencana-rencana kita. Lalu, bagaimana jika rencana vs realitas tak sejalan seperti yang kita harapkan ? disitulah akan selalu hadir pilihan-pilihan. Dan disinilah kegagalan untuk memilih bisa terjadi.

Cerita Si Bonek, adalah gambaran sebuah ikhtiar tanpa henti. Modal ikhtiar Si Bonek begitu meluap. Begitu siap menghadapi realitas didepannya. Antara tujuan dan rencana perjalanan, versus realitas yang ada didepan mata, dicoba untuk selalu dicarikan jalan keluar. Proses dialektika terus dilakukan untuk selalu mencari jalan keluar, disini kata kebuntuan haram hukumnya digunakan. Bagi Si Bonek, proses dialektis adalah jalan keluar untuk setiap permasalahan.

Si Bonek adalah gambaran sebuah Kecerdasan Dialektis, sebuah kecerdasan terintegrasi dalam mensiasati kehidupan. Kecerdasan ini bisa hadir jika kita terus mengasah intelektual kita, emosi jiwa kita dan spiritualitas kita. Mengapa ? karena Proses Dialektika membutuhkan pengetahuan dan pembelajaran atas hal baru tanpa henti, sekaligus secara emosi menerima setiap realitas yang tak sejalan dengan jiwa besar, dan memasrahkan hasilnya kepada Sandaran Spiritual.

Bagi saya pribadi, keseluruhan hidup yang saya alami saat ini tidak pernah terlepas dari proses dialektis. Saya selalu mengingatkan diri untuk selalu dan terus …
- menjadi manusia pembelajar, tanpa henti
- menjadi manusia ikhlash, menghadapi apapun realitas yang ada
- menjadi manusia penuh ikhtiar, belajar bermain dengan pilihan-pilihan
- menjadi manusia yang pasrah atas hasil yang ditetapkanNYA.

Salam
rosihan

Si Bedul dan Janda Kembang

Janda Kembang (JK) itu untuk kesekian kalinya membuat sang pemuda patah hati. “Kurang apa aku ini, ganteng, keren, kerja di perusahaan besar, jabatan ok, gaji pun ok, lah kok ujung-ujungnya masih ditolak sama dia “ guman sang pemuda tampan yang sedang terluka hati ini.

Suasana menjadi lara, tapi si Janda Kembang tetaplah kembang, yang terus mencari pasangan hati, pautan jiwa, dan sandaran hidup masa depan anak semata wayangnya.

Si Bedul yang tetangga, makin terheran-heran. Minggu pagi yang indah dia coba lampiaskan rasa penasarannya.

Si Bedul : “Mbak, kenapa sih ngga ketemu-ketemu jodoh lagi ? Temen deket yang kemarin itu kurang apa ? masak masih ngga cocok juga”

Si JK: “ Ngga ada yang kurang Dul, cuman ada yang ngga sinkron aja Dul …”

Si Bedul: “ Loh ..ngga sinkron dimananya ?”

Si JK: “ Gini Dul, waktu aku tanya dia, dia itu kenapa sih kok suka, bahkan bilang cinta sama saya. Dia jawab aku itu sempurna, aku cantik, aku bugar dan tampak segar, aku pandai merawat raga, aku smart, diajak ngomong apa aja nyambung, penampilanku selalu indah dipandang, dan aku punya cita-2 yang tinggi untuk anakku”

Si Bedul: “Lah khan memang mbak seperti itu, trus dimananya yang ngga sinkron?”

Si JK: “Aku tanya ke dia, apa calon istri idamanmu harus seperti aku ? Dia jawab 1000% iya … harus seperti itu, sebagai suami sejati, dia mendambakan istri yang sempurna”.

Si JK (sambil senyum terpendam) “ Gini Dul, aku sudah coba jalan sama Dia, coba mengerti siapa Dia. Ya …juga coba agak matre si Dul, berhitung-hitung dikit. Ternyata Dia itu pemuda dengan harapan selangit. Dia pengin punya istri yang komplit luar dalam. Banyak soal yang ada padaku ini dibahas Dul.

Soal otak-ku ini, dia pengin istrinya ber-otak Smart, bisa ngimbangin semua yang diomongin .. mulai dari urusan kerjaan, training, seminar, buku, film, koran, majalah, politik …, belum lagi soal anak, pola pendidikan dan urusan sekolah. Lah ini khan bikin aku jadi harus juga baca, nonton, dengerin berita dan radio, ngerti soal pekerjaannya, dan paham betul soal pendidikan anak.

Terus soal raga ini Dul, dia pengin istrinya selalu tampak bugar, segar dan sehat. Maunya setiap hari seperti itu. Klo gitu, ya aku perlu fitness 2x seminggu, nyalon dan spa 2x sebulan, dan perawatan kulit sekali sebulan.

Terus soal penampilan, dia maunya istrinya ngga bikin malu soal penampilan. Lah ini kan bikin aku harus punya salon dan butik langganan…

Apalagi soal anak Dul .. , walaupun dia kuliah cuman S1, dia itu punya cita-cita anaknya Doktor, dan go global. Klo gitu, ya sejak awal harus kusiapkan untuk tujuan itu. Anaknya ya harus sekolah internasional, biar dari kecil bahasa inggris-nya cas cis cus, bacaannya ngga perlu lagi buku terjemahaan, TV-nya ya Discovery Channel, National Geographic, bukan TV lokal yang sinetron melulu..!”

Terus soal rumah, Dia maunya tinggal di apartemen, dipusat kota. Supaya Dia bisa ngurusin kerjaanya dengan lancar, produktivitasnya tinggi … ngga capek-2 dijalan. Gampang ketemu temen dan pelanggan. Klo capek tinggal cari cafe, atau pijat refleksi. Bisa fitness 2x seminggu, bisa renang sewaktu-waktu.

Si JK (terdiam sejenak, menghela nafas)

Masalahnya Dul, semua yang Dia inginkan itu 1000% ngga sinkron dengan statusnya saat ini. Dia itu karyawan, yang gajinya saat ini baru 7 digit, walau katanya 5-10 atau bahkan 20 tahun lagi baru mencapai 8 digit. Lah ini khan masih jauh dari gaya hidup impian Dia, yang sejatinya juga gaya hidup impianku. Belum kepotong inflansi 10% pertahun, juga gejolak harga minyak dunia dan gonjang ganjing rupiah.

Hari gini Dul, penghasilan 7 digit hanya cukup nyaman buat nyicil rumah, mobil dan belanja harian, itu pun yang pas-pasan. Jadi ngga mungkin cukup buat impian yang selangit gitu. Klo aku dibilang cewek matre ya ngga papa Dul, wong memang itu kenyataan diluar sana”.

Si Bedul: (yang karyawan) “Busyeeeetttt, itu khan gue bangeeettt !!!”

Si JK : “ Udah ah Dul, jangan tersinggung. Aku tungguin kamu aja deh, tapi klo udah jadi pengusaha kaya yaa” (sambil mesam-mesem dan pergi melambai)

Si Bedul: “Aduuuuuuuhhhhh, kenapa siihh aku ngga berani jadi pengusaha ….”

rosihan