Re-launching SAQINA.COM

Re-launching SAQINA.COM
Bisnis online sering dibayangkan mudah. Namun kami ingin mengelolanya sebaik toko-toko offline kami.

Thursday, November 22, 2007

Prospek Besar Garmen di Tahun 2008 ?

Industri garmen, bicara konstelasi dari hulu ke hilir, adalah membicarakan apa yang dipakai untuk tampil dari 200-an juta rakyat Indonesia, dari bayi sampai kakek nenek. Mata rantai industri garmen sudah tersebar sampai ke desa-desa. Industri ini memang sedang menurun, yang sebabnya sangat kompleks dan khas Indonesia sekali. Sebagai peritel kecil, saya mencoba menggambarkan situasi pemahaman bisnis atas ritel garmen dibawah ini.


Pragmatisme Pelaku Pasar

Saat ini, kalangan peritel bawah cenderung pragmatis dalam menyikapi perkembangan industri garmen. Peritel bawah tidak sampai memikirkan berbagai kendala dalam industri garmen. Peritel bawah hanya tahu dan butuh, bahwa barang yang ada dipasar itu apa, seberapa bisa dijual, apa yang sedang tren saat ini, dan rentang harganya berapa, dan yang paling penting, kami bisa jual berapa. It’s so simple. Kita ketahui bersama bahwa peritel hidup dari perputaran barang dan selisih harga.

Mengapa demikian ? karena peritel memang sudah tidak berkepentingan secara langsung terhadap industri garmen dihulu. Peritel juga sudah tidak mungkin diharapkan mempunyai keberpihakan ke industri garmen nasional. Ini adalah pola hubungan industri garmen hulu dan hilir yang memang sudah berubah sejak pasca krisis moneter 1997.

Pasca krisis moneter, peritel bawah sudah diharuskan mengikuti aturan baru mata rantai perdagangan. Dulu dari pabrik benang, pabrik kain, produsen, pemain grosir dan pengecer, mempunyai hubungan mata rantai yang erat dalam industri garmen. Terutama aspek hutang dagang dalam perdagangan. Dulu masih ada istilah hutang dagang yang mempunyai tempo yang saling menguntungkan. Saat ini sudah tidak berlaku lagi. Semua transaksi perdagangan cenderung cash keras, kalaupun masih ada hutang dagang, sifatnya tidak terlalu leluasa.

Dalam posisi ini, peritel cenderung tidak lagi mempunyai komitmen dagang yang berantai. Peritel makin pragmatis dalam memilih produsen/supplier. Peritel hanya masih berpihak ke pelanggan. Mana yang kira-kira pelanggan cari dan butuhkan, itulah yang dicari peritel, dan peritel bebas akan mencari produk dimana. Sudah tidak peduli lagi itu produk lokal atau impor, legal atau illegal, yang penting akan laku dipasaran. Kalau pelanggan tahu suatu produk dari media (misal TV), maka tidak heran peritel pun berburu produk-produk tersebut. Ini menjadikan produsen pun harus mulai akrab dengan media.


Produk Impor

Produk impor, kalau tidak mau dikatakan sebagai produk Cina, mungkin sudah 5 tahun terakhir menekan industri garmen dalam negeri. Varian produk garmen yang dimasuki cukup luas, mulai dari busana umum, bahkan busana khusus seperti busana muslim. Juga tas, sepatu, sandal, ikat pinggang dan sejenisnya. Juga perlengkapan seperti kaos kaki dan pakaian dalam, bahkan ini mendekati 90% barang impor. Kualitas produk impor juga memadai, ada harga ada rupa. Namun kuantitas cenderung terbatas, namun ini malah menjadi peluang dari aspek marketing bahwa pelanggan bisa tampil beda.

Kalau kita survey dipasar tradisional di kabupaten/kota, terlihat sekali produk impor itu dijual oleh sebagian besar peritel eceran. Itu mengindikasikan bahwa pasar sudah menyerap produk impor, alias bahwa produk impor itu laku. Mengapa pasar menyerap dengan mudah ? karena ada hubungannya dengan daya beli. Lepas dari dugaan produk impor itu masuk secara legal atau tidak, kenyataan dipasaran produk impor dapat memberikan harga lebih murah.

Berdagang produk impor, sudah kita ketahui bersama, tidak ada istilah hutang, semua harus cash. Kombinasi antara transaksi cash keras digabung dengan daya beli yang rendah, produk kualitas memadai, kuantitas terbatas dengan mode yang berganti-ganti mengikuti tren global (alias menjiplak), dan harga terjangkau, adalah keunggulan riil saat ini dari produk impor.

Satu kendala kerentanan produk impor ada pada biaya transportasi, dan bea masuk. Dikala harga minyak dunia makin tinggi, jelas sekali komponen biaya pengiriman produk akan naik. Jika kita menengok ke China, krisis BBM di China bisa meledak sewaktu-waktu, ini menjadikan kelangsungan produk China juga dipertanyakan.

Namun sebagai peritel, produk impor saat ini masih menjadi komoditas yang menarik, entah sampai kapan.


Pemodalan, Persaingan dan Keunikan

Era transaksi perdagangan cash keras menjadikan peritel garmen adalah bisnis padat modal. Modal harus kuat untuk mengikuti dinamika naik turunnya pasar, juga penyediaan barang dagangan yang konsisten dan memadai. Modal menjadi hal paling utama, tidak lagi relasi perdagangan.

Semakin menciutnya jumlah produsen, dan membanjirnya produk impor yang itu-itu saja, telah menjadikan homogenitas jenis barang makin seragam. Ini semakin hari semakin memicu persaingan yang makin kurang sehat. Persaingan makin dikendalikan oleh persaingan harga, bukan lagi keunikan produk. Bahkan untuk produk branded yang didistribusikan langsung, sudah tidak ada lagi istilah persaingan antar peritel. Peritel yang sukses menjual produk branded dengan harga bandrol adalah peritel yang mampu menyediakan stok yang memadai, dan ini kaitannya dengan kekuatan modal.

Kalangan pelaku Distro dengan keunikan produk yang “menyimpang” dari produk pasaran sebenarnya hanya untuk mensiasati persaingan. Mereka memperpendek mata rantai industri, menjadi produsen sekaligus pengecer. Jika ada pengecer yang ingin ikut manisnya kue Distro, mereka harus kuat di pemodalan. Namun ini bukan solusi bagi industri garmen, konsep “menyimpang” masih diserap oleh konsumen yang terbatas, bukan rakyat kebanyakan. Rakyat kebanyakan masih mau bergaya dengan mencontoh artis-artis idola mereka dengan baju pasaran. Ini “blue ocean”, tapi masih sebatas “berenang di danau biru”.


Prediksi 2008

Secara umum, prediksi industri garmen tahun 2008 akan membaik. Namun bukan karena industri garmen yang membaik, tetapi karena uang beredar di sektor riil sedang membesar. Ini terkait dengan hajatan penggalangan konstituen menuju Pemilu 2009 yang berbiaya ratusan triliun.

Sepertinya tidak ada korelasinya secara langsung terhadap produk apa saja yang paling laku, karena kita tidak bisa melihat hanya dari masalah kaos yang sering dipakai konstituen. Bagi saya, cenderung mensyukuri banyaknya uang yang beredar, yang akan meningkatkan daya beli masyarakat atas produk garmen.


Salam
rosihan

Wednesday, November 14, 2007

2% Yang Menghidupi dan 98% Yang Ilusi

Sekilassaya pernah mendengarkan talkshow di Smart FM, dengan pembicara Zaim Saidi Direktur PIRAC (Public Interest Riset and Advocacy Center), yang mengatakan, bahwa transaksi sektor riil didunia ini hanya 2%, dibandingkan sektor keuangan yang 98%. Padahal sektor riil yang 2% itulah yang menghidupi sesungguhnya kehidupan ini.

Saya lalu browsing di internet, dan menemukan banyak tulisan Zaim Saidi, saya cuplik sebagian disini :

“Di pasar uang dunia kini transaksi Dolar telah mencapai angka 800 trilyun Dolar AS per tahun. Sementara nilai perdagangan dunia yang merupakan sektor nil ‘hanya’ 4 trilyun Dolar AS per tahun. Artinya, transaksi di pasar uang itu besarnya 20 kali lipat nilai transaksi perdagangan sektor riil. Kondisi demikian jelas mencemaskan, karena transaksi di pasar uang sesungguhnya bersifat maya, karena tidak ada barang yang diperdagangkan, kecuali uang itu sendiri. Fenomena itu kerap disebut ekonomi gelembung (bubble economy), karena nilainya yang begitu besar, tapi pada hakekatnya tidak ada barang riil yang diperdagangkan. Karena itu kita tinggal menantikan saatnya gelembung uang itu meledak, lalu meruntuhkan ekonomi global.”

Source : http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=1

Saya merenung dan teringat dengan obrolan dengan temen saya yang konsultan keuangan, ketika kami mendiskusikan perdagangan saham dan sektor keuangan. Satu kata yang paling saya ingat, bahwa perdagangan saham adalah ZERO GAME. Apa itu zero game ? Yaitu suatu perdagangan dimana suatu keuntungan bisa terjadi karena adanya kebuntungan dari yang lainnya.

Temen saya bilang, kalau pingin kaya dengan cepat, ya main saham, itu sudah banyak bukti. Saat ini malahan banyak seminar yang menawarkan dengan pembuktian realtime, bahwa hanya dalam beberapa menit bisa dapat ribuan dolar. Mengapa itu bisa terjadi ? padahal itukan Zero Game ? kalau ada yang untung, berarti ada yang buntung dong .. oh itu pasti, karena :

- Banyak pemain saham pemula, yang mungkin sebagian besar loss, dan ngga mau main saham lagi, ini sumber keuntungan juga

- Banyak pemain saham menengah dan berpengalaman, yang memainkan uang investor, kadang untung kadang buntung

- Banyak pemain saham kakap, yang mampu menggoreng saham, bahkan menciptakan konflik didunia, baik secara politik maupun ekonomi, kadang meraup untung besar, tapi kadang buntung besar.

Lalu, kamu mau kaya disektor RIIL atau TAK RIIL ? wah, saya kebingungan. Kalau menuruti nafsu, maunya kaya cepat dan mudah, dan hasilnya kuayaaa banget. Tapi apa itu yang saya cari ? (kata saya dalam hati).

Pikiran saya melayang di Januari 1997, ketika saya masuk ASTRA. Saya teringat falsafah Astra, “Sejahtera Bersama Bangsa”. Saya teringat Hymne Astra, yang isinya begitu mengena. Om William pasti menginginkan kaya bersama karyawannya, masyarakatnya, negaranya.

So .. jika anda ingin kaya bersama bangsa, ya mainkan peranan kehidupan anda di sektor RIIL. Karena setiap usaha anda, meneteskan rupiah demi rupiah ke kantong karyawan anda, lalu mengalir ke keluarganya, lalu terbelikan di warung-warung tetangganya, lalu menghidupkan ekonomi desanya, kotanya dan negaranya.

Tapi jika anda pengin kaya cepat, mainkan peranan kecerdasan anda, di sektor TAK RIIL, yang memang menjanjikan keuntungan raksasa. Anda bisa kaya sendiri tanpa punya karyawan.

Ya itulah ekonomi dunia saat ini, hanya 2% yang menghidupi, namun ada 98% yang menjadi ilusi kekayaan dunia.

Salam
rosihan

Teruslah Bergerak, Jangan Pernah Kehilangan Fokus

“Kesalahan terbesar saya adalah kehilangan fokus” .. itu kata Donald Trump di CBNC Asia beberapa malam lalu.

Saya sempat tercenung diacara itu beberapa lama. Karena Trump begitu coboy dalam cara membicarakan segala sesuatu tentang bisnis. Beberapa point yang dapat saya ingat :

- Jangan kehilangan fokus … intinya fokus pada bisnis yang menuju impian anda

- Setiap hari saya bekerja dan berwisata sekaligus .. yaa karena Trump punya real estate di beberapa kawasan wisata dunia.

- Bisnisku Ya Hidupku .. tidak bisa dipisahkan, karena setiap apa yang di-impikan, pikirkan, ucapkan dan jalankan menjadi bisnis Trump.

- Saat ini adalah The Great Time for Properti Investment di Amrik sono, karena harga properti lagi jatuh. Diperkirakan 6 bulan kedepan harga properti menuju bottom line, setelah itu recovery lagi.

- Banyak orang terlalu cepat menyerah dalam menghadapi tantangan bisnis, pesan Trump : “Jangan Pernah Menyerah”

- Dan lain-lain …banyak …

Satu hal yang saya ingat justru kata-kata Jangan Kehilangan Fokus. Mungkin kalau Trump kehilangan fokusnya adalah melirik peluang-peluang yang begitu banyak didepan mata, yang mampu dia mainkan.

Tetapi kalau saya, kehilangan fokus kadang hanya sebagai jalan pelarian karena males menghadapi masa-masa berat disiklus bisnis. Padahal ini haram hukumnya.

Langkah Fokus 1:
Untuk tetap fokus, saya mengisi hari dengan urusan-urusan teknis pengembangan bisnis, seperti borong buku di Gramedia, ada 21 buku Manajemen Ritel, Hantaran dan urusan kerudung dan buku-buku pendukung bisnis saya borong sbb:

Seri Manajemen Ritel :
Sukses Berbisnis Ritel
Paradigma Baru Dalam Manajemen Ritel
Manajemen Ritel
5 Jurus Sukses Berbisnis Ritel
Pemasaran Ritel
How to Operate Your Store Effectively & Efficiently
Sukses Mengelola Bisnis Minimarket
Top Brand Anak & Remaja

Seri Hantaran Pengantin :
Membuat Kreasi Hantaran Pengantin
Aneka Hantaran Pengantin
Lipat Kain Sederhana
Lipat Cantik untuk Hantaran

Seri Kerudung Masa Kini :
Scraf : Akses Cantik Busana Muslim
Kerudung Praktis Ratih Sang : Seri 1 dan 2
The Power of Mix & Match
Chic & Cantik Bandana Kerudung Anda
Kreasi Dua Kerudung
Modis & Praktis Kerudung Instan
Kerudung Gaul Ramaja

Habis beli, ya dibaca, dan beberapa segera dipraktekkan di toko. Jika Anda semua punya toko busana muslim, saya rasa Anda wajib punya buku-2 diatas.

Langkah Fokus 2 :
Saya lagi demen jalan-jalan, terutama ke Distro-2 anak muda, ini gara-gara cerita bisnis Pak Try Atmojo yang sangat kurang ajar …karena begitu basah dan menggiurkan !

Saya juga lagi demen jalan-2 ke sentra-2 tas, sepatu dan sandal. Survey disain toko-2 tas dan sepatu.

Distro Anak Muda dan Distro Tas & Sepatu … ah … LOA ..LOA ..LOA

Langkah Fokus 3 :
Membereskan Aplikasi E-Commerce SAQINA.COM … sebentar lagi akan segera menyaingi blog commerce temen-2 …..

Langkah Fokus terakhir :
CARI UTANG …. CARI MODAL ….

Semoga dengan fokus-fokus yang saya tulis diatas, anda juga masih bisa fokus di bisnis Anda.

Salam
rosihan

Ngga Mungkin Bisnis Anda Bisa Jadi Konglomerat

Anda panas baca judul diatas ? … ya jangan dong … masak gara-gara judul aja kok panas hati ..he..he..he… Tapi yang dijudul itu bisa ada benarnya. Itu kalau kita memang mau betul mencari kebenarannya. Saya sendiri sedang merangkak mencari kebenaran judul itu.

Apa sih konglomerat ? tanpa perlu baca buku, saya mendefiniskan sendiri, bahwa bisnis konglomerasi itu adalah bisnis yang menguasai mata rantai bisnisnya-nya, dari hulu ke hilir, bisa vertikal atau horisontal.

Contoh yang yang dari hulu kehilir vertikal sbb :

Dari awalnya cuman punya toko elektronik, lalu bergerak ke arah hulu dengan membuka bisnis grosir barang elektronik, lalu buka produksi elektronik, lalu buka pabrik besar elektronik macem-macem, lalu buka pabrik khusus komponen elektronik, lalu pabrik bahan dasar komponen, lalu sampai buka bisnis pertambangan bahan inti sendiri.

Sedangkan ke hilir dari toko elektronik cuman satu, bikin banyak toko elektronik seantero negeri, bikin super store elektronik, bikin hiper store yang jual bermacem-macem elektronik dari semua produsen, sampai ekspor produk elektronik dan jadi importir dan distributor tunggal berbagai produk elektronik.

Contoh yang yang dari hulu kehilir horisontal sbb :

Dari awalnya cuman punya toko elektronik, lalu bergerak ke arah horisontal dengan invest properti untuk buka toko, buka super store, buka hiperstore. Buka bisnis pergudangan, sampai distribusi. Buka bisnis ekspedisi, lengkap dengan armada sendiri, armada perkapalan laut dan udara. Lalu buka bisnis pinjaman (financing), khususnya untuk financing produk elektronik, lama-lama produk apa aja. Bisnis financing besar, lalu bikin Bank, lalu bikin bisnis Asuransi. Buka sekolah elektronik. Buka lembaga riset elektronika dunia. Buka bisnis periklanan, buka bisnis media, radio, televisi, koran, dll …. dan seterusnya ….

Anda tahu apa kuncinya bisnisnya bisa menjadi konglomerasi ? jawabannya cuman satu : PEMBATAS.

Ya ..PEMBATAS adalah satu hal sangat penting dalam bisnis. Anda bisa menganalogikannya dengan beli tanah atau rumah diperumahan di kota sama di desa. Kalau kita beli rumah diperumahan, pembatas kanan kiri depan belakang sulit kita lampaui atau kita beli atau kita jebol. Kita terpaksa tidak bisa melebarkan rumah kita, walau kita mampu. Jika didesa, pembatas itu relatif mampu kita beli, sehingga kita bisa melebarkan rumah kita.

Ya ..di bisnis pun seperti itu. Bisnis bisa menjadi konglomerasi sangat tergantung dari Pembatas bisnis itu. Jelas sekali setiap jenis bisnis punya nature-nya sendiri. Contoh diatas sangat jelas sekali, bahwa secara vertikal, ketika bisnis awal membesar, maka pembatas ke arah hulu bisa dipecahkan, sehingga bisa bergerak ke arah hulu, sampai ke sumbernya. Juga kearah hilir, jelas bisa dilakukan. Jika berhasil melebarkan bisnis secara vertikal, melebarkan secara horisontal jauh lebih mudah, karena pola bisnis horisontalnya biasanya adalah bisnis yang men-support bisnis utamanya.

Lalu apakah bisnis saya saat ini bisa menjadi konglomerasi ???

Contoh Kasus :
Teman saya buka bisnis training SDM untuk running sistem berbasis SAP ituloh sistem ERP yang banyak dipakai di perusahaan. Apakah bisnis training ini besar BESAR ??? pasti BISA. Jelas, market size-nya adalah semua SDM pengguna SAP di Indonesia. Jika bisnis dia sukses bisa memonopili semua acara training pengguna SAP se-Indonesia, pasti bisa BESAR. Tapi sebarapa besar market size-nya ? Tanya SAP aja, anda pasti tahu jawabannya, yaitu sebanyak sistem SAP yang masih hidup yang di-implementasikan di Indonesia, dikalikan faktor n pengguna disetiap perusahaan. Bagaimana memperbesar market size-nya? wah, kalau ini susah jawabnya, karena market size-nya sangat tergantung dari pertumbuhan pemakai SAP di Indonesia.

Bagaimana bisnis tarining ini bisa dijadikan konglomerasi ? wah … ya dari bisnis Training SAP, anda harus buka bisnis Jualan SAP, supaya market size-nya ikut melebar. Jika sukses Jualan SAP, gimana lagi ? ya anda haru beli itu perusahaan SAP !!! Anda mampu beli SAP yang di jerman itu ??? Atau ada yang bisa menjabarkan jalan baru untuk jadi konglomerat ? (ayo dong … panas….panas….panas…)

Sebagian besar, bisnis yang bersifat Supportive Business memiliki pembatas hulu yang besar, yang kadang secara jelas menentukan market size bisnis kita. Jadi, sebelum anda fokus memilih bisnis anda, saya sarankan baca banyak-banyak kasus bisnis di dunia. Ini adalah satu contoh kasus.

Lalu saya harus pilih bisnis yang seperti apa ? Jawaban saya :
BELAJARLAH SAMA JEPANG – TAIWAN – KOREA & CHINA

Mengapa ?
- Bisnis INTI mereka adalah PRODUKSI & PERNIAGAAN
- Bisnis sekunder mereka adalah Semua Bisnis yang Mendukung Produksi & Perniagaan
- Bisnis lainnya adalah bisnis yang Mereka Tidak Mampu Mengadakannya Secara Pasti Karena Sudah Ditakdirkan (seperti sumberdaya alam)

Jadi, apa bisnis saya bisa BESAR ? oh pasti bisa BESAR …. TAPI TIDAK BISA MENJADI KONGLOMERAT ….


Haa….haaa…haaa ….. jangan serius-serius amat … entar capek deh…

(tulisan diatas tidak ditujukan untuk menggurui Anda, mencemooh, mengejek, menolok-olok, menunjukkan jalan salah bisnis Anda. Tidak ditujukan kepada satu/dua, atau segerombolan orang. Tetapi ya seperti itu tulisan ngawur saya …. salam dari yang masih belajar, jadi wajar kalau masih belum benar semua)