Sejak kami bisnis sendiri, kami menyalurkan sebagian jatah wajib sisa hasil usaha ke saluran-saluran yang kami kelola sendiri. Kami sendiri tidak merasa perlu mengkategorikan ini zakat, amal jariyah, CSR atau apa namanya. Bagi kami, yang terpenting adalah wujud dari action ini nyata, diterima langsung oleh yang kita inginkan, dan berdampak sangat mengena.
Dapur Lansia, kegiatan yang kami gagas sejak kenaikan harga BBM yang terus melambung. Sebagian rakyat didesa-desa tertinggal (IDT) secara langsung merasakan tertatih-tatih dalam mengikuti kenaikan harga-harga bahan pokok. Mereka sudah angkat tangan, yang penting bisa makan seadanya, sekedar untuk melanjutkan sisa hidup.
Jika Anda pernah “wisata” ke desa-desa miskin, problem-problem kemiskinan sepertinya abadi untuk tidak mendapat penyelesaian. Dapur Lansia kami dirikan karena kondisi lansia-lansia di desa yang tidak jauh dari tempat kelahiran kami, sudah sangat menderita. Struktur keluarga, kondisi sosial masyarakat, lokasi geografis, kondisi alam, semuanya seakan kompak mendukung kemiskinan.
Lansia (khususnya perempuan) adalah korban yang kami temukan sangat berat kondisinya. Mereka sebagian besar “janda” yang ditinggal pergi atau meninggal oleh suaminya. Mereka yang juga ditinggal oleh anak-anaknya yang telah merantau entah dimana dan bagaimana kondisinya. Mereka yang sudah terlupakan oleh saudara-saudara kandungnya, karena sama-sama miskin. Kemiskinan melahirkan kemiskinan. Kebodohan melahirkan kebodohan.
Alhamdulillah, Gusti Alloh masih menitipkan rejeki 20 Lansia kepada kami, untuk kami salurkan dalam bentuk Dapur Lansia, yang memberikan ransum 2 kali makan setiap hari kepada mereka secara gratis, insyaAlloh sampai mereka meninggal dunia. Hanya ini yang bisa kami lakukan, memberikan makanan ala kadarnya sebagai penyambung hidup. Kami belum bisa memperhatikan kesehatan mereka, apalagi kesejahteraan mereka. Terima kasih untuk Saudara, Teman, yang telah menitipkan dana-dana untuk bersama membantu mereka. Amal Anda pasti dicatat-NYA.
Dihadapan para Lansia, diantara rumah gubug reot, diantara ember bak mandi mereka yang kotor, saya membisikkan dengan keras ke anak pertama saya. “Lihatlah didepan matamu Nak, ini wujud nyata kemiskinan Indonesia. Kamu harus sekolah setinggi-tinggi-nya, kamu harus sukses, kamu harus kaya. Ada 5 hal nyata yang harus kamu bangun kelak, (1) Sekolah untuk Orang Miskin, (2) Pusat Perdagangan & Pabrik (untuk membuka lapangan kerja), (3) Rumah Sakit untuk Orang Miskin, (4) Panti Asuhan (5) Panti Jompo.” Salam sukses Nak !
rosihan
http://www.saqina.com/
Thursday, March 5, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Terima kasih Pak Rosihan. Apa yang Anda dan Saqina lakukan insyallah akan dibalas berlipat ganda. Cerita ini menginspirasi saya untuk berbuat hal yang sama. Mohon doanya.
Asslmkm pak rosihan, pak kalau mau ikut bantu dikit bisa kemana ya pak. Tapi sedikit banget lho pak, soalnya masih tdb, insyaAllah tiap bulan saya kepengin ikut nyumbang.
rudi
rudijakarta@yahoo.com
Post a Comment