Emotional Bank Account (EBA) adalah ilmu lama. Saya sendiri mengetahuinya sejak 1997 ketika belajar Seven Habbits-nya Stephen Covey. EBA adalah salah satu hal penting dalam hubungan antar manusia, apalagi dalam hubungan bisnis.
Mempunyai EBA adalah seperti kita mempunyai rekening deposito di Bank A, dan idealnya kita dapat selalu menambah deposito tersebut. EBA adalah Rekening Bank Kepercayaan yang kita tanamkan ke seseorang dalam suatu hubungan. Intinya adalah, seberapa banyak kita menanamkan rasa percaya orang lain kepada kita, dalam banyak hal.
EBA saya angkat kembali sebagai tulisan disini untuk mengingatkan kita, betapa penting membangun dan menanamkan rasa percaya antar orang per orang dalam suatu komunitas. Kita tidak bisa semena-mena dengan mudah mengatasnamakan komunitas untuk “memaksa” orang lain percaya dengan kita. Apalagi untuk percaya memberikan kemudahan dalam urusan bisnis.
Stephen Covey mengingatkan hal-hal yang sebenarnya kita sudah tahu, tapi mungkin kita lupa melakukannya. Ada beberapa cara menanamkan kepercayaan :
1. Mengenal Individu
Cara kuno mengenal individu adalah silaturrahmi. Silaturahmi yang tampak mata adalah berjabat tangan, membuat janji lebih sering bertemu di waktu luang, dan bisa lebih indah berkunjung kerumah, mengenal secara kekeluargaan. Lupakan cara online disini. Tidak ada emosi yang luar biasa bisa ditanamkan jika kita memulai silaturrahmi dengan cara online. Untuk itu, TDA sangat gencar mengadakan acara offline.
2. Menanamkan kesan yang baik
Ini maksudnya bukan akting, tapi betul-betul menanamkan aura selalu positif kepada orang lain. Ini bisa dimunculkan melalui hal-hal kecil, melalui pembicaraan yang ringan
3. Memenuhi komitmen
Komitmen adalah kata kunci dalam hubungan. Komitmen adalah Janji. Jika kita sudah mengeluarkan komitmen/janji, otomatis orang lain akan mengeluarkan harapan untuk bisa terpenuhi atas janji tersebut. Sekali janji dilanggar, kita telah menarik deposito rasa kepercayaan yang cukup besar. Menilai personal yang selalu mempunyai komitmen tinggi, sangat mudah dilihat dari kegiatan-kegiatan yang non profit. Jika yang non profit aja komitmennya tinggi, biasanya akan lebih komitmennya untuk kegiatan profit.
4. Komunikasi yang terbuka
Selalu mengkomunikasikan segala sesuatu secara terbuka, jujur dan apa adanya. Berbicara secara eksplisit, tanpa pernah ada itikad menyembunyikan sesuatu (implisit), apalagi politiking.
5. Memperlihatkan Intergritas Pribadi
Integritas memiliki definisi deskriptif yang luas. Integritas bisa berarti anda sesuai dengan yang anda katakan, bisa juga berarti kejujuran, bisa berarti tidak bermuka dua, memperlakukan orang lain dengan perangkat prinsip yang sama, tidak melanggar sistem nilai yang dia anut.
6. Meminta maaf, mengkomunikasikan apa yang terjadi
Jika suatu komitmen tidak terpenuhi, kepercayaan masih bisa dipertahankan jika kita bisa mengkomunikasikan apa yang terjadi dengan baik, tentunya diiringi dengan permintaan maaf dan komitmen lanjutan.
Semua diatas sebenarnya sudah kita ketahui, bukan hal baru. Namun kadang kita lupa melakukannya, sehingga banyak buku ditulis ulang untuk sekedar mengingatkan.
Salam
(untuk TDA yang sedang menuju Trusted Society)
rosihan
Tuesday, February 5, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Bagus sekali Mas Rosihan, tulisan anda ini bisa mengingatkan banyak orang, khususnya member milis TDA.
Setidaknya artikel ini bisa mengingatkan mereka yang menganggap bahwa setelah bergabung di milis TDA, bisa santai langsung aja minta bantuan financial karena merasa satu keluarga besar TDA. Padahal ketemu aja nggak pernah.
Trims. Bagus, bagus, dan bagus (hehehe..niru Bunda Hetty Koes Endang)
Salam Luar Biasa Prima!
Sangat bagus penjelasan mas rosihan. Saya membacanya dengan cepat paham dan akan saya tukarkan ke keluarga saya
Post a Comment