Re-launching SAQINA.COM

Re-launching SAQINA.COM
Bisnis online sering dibayangkan mudah. Namun kami ingin mengelolanya sebaik toko-toko offline kami.

Monday, December 17, 2007

The Mission Statement

Judul itu seperti film, itu anggapan saya dulu. Terlalu mengada-ada. Masak mau hidup aja harus perlu Mission Statement segala. Terlalu teknis, kata saya dalam hati.

Adalah pada bulan April 1997 pada sesi training di Astra, ketika pertama kali saya dikenalkan tentang apa itu Mission Statement. Kami diajak nonton bareng film Jerry Maguire, film baru tahun 1996.

Adegan inti dari film itu adalah ketika Tom Cruise pada saat-saat yang kritis mulai menuliskan Mission Statement-nya pada malam hari. Didepan laptopnya dia menuliskan dengan mengebu, berkeringat dan bersemangat. Pikirannya melayang pada banyak hal impian langkah kedepan.

Hasil dari nobar film Jerry Maguire, kami para peserta training diminta menuliskan dengan tangan apa yang menjadi Mission Statement masing-masing untuk 5 tahun mendatang.

Saya agak bingung mau menuliskan apa. Pikiran saya tidak terbiasa dengan impian-impian. Saya sangat sulit menuliskannya. Akhirnya saya ambil gampangnya. Pada tahun 1997 itu saya mulai mempunyai tanggungan meng-kuliahkan S1 kedua adik saya, yang saat itu baru mulai kuliah dan yang bungsu masih kelas 3 SMA. Karena Ayahanda kami telah meninggal di tahun 1994. Padahal saya baru mulai kerja 3 bulan di Astra.

Mission Statement saya sederhana : “ Saya harus meng-kuliahkan 2 adik saya sampai menjadi sarjana S1 sama seperti saya”. Itu saja. Dan tulisan tangan itu dimasukkan di amplop putih, dan diberikan ke Instruktur Training. Setelah itu, sesi training selesai, dan saya tidak tahu untuk apa tulisan dan amplop itu, katanya akan disimpan.

5 tahun kemudian, pada April 2003, saya menerima kiriman surat, berisi Amplop putih. Saya tidak tahu dari siapa. Ketika saya buka, saya sangat kaget membaca tulisan tangan saya 5 tahun lalu, yang isinya “ Saya harus meng-kuliahkan 2 adik saya sampai menjadi sarjana S1 sama seperti saya”. Astra telah mengirimkan kembali surat Mission Statemen saya 5 tahun yang lalu itu.

Saya menangis ….

Saya menangis sambil membaca berulang-ulang tulisan tangan saya itu. Saya tidak menyangka Astra mengirimkan kembali kepada saya, dikala tanpa sadar apa yang saya tulis di Mission Statement itu semua telah saya tunaikan !!!

Pada April 2003 saat itu, kedua adik saya telah menjadi Sarjana S1, bahkan sudah bekerja semua. Saya langsung sujud syukur atas semua pemberian Alloh ini. Dan saya berterima kasih kepada Astra yang mengajari dan mengingatkan saya, arti penting sebuah Mission Statement.

Sejak itu, disetiap bulan Desember, adalah periode dimana saya bergulat dengan buku, diskusi dan pemikiran-2. Berusaha mereview tahun berjalan dengan mencermati acara Kaleidoskop TV dan artikel koran. Dan terus mencari Insight-2 baru.

Saya mengisi Malam Tahun Baru dalam dunia yang hening, untuk menyempurnakan dokumen penting dalam hidup saya, The Mission Statement.

Terima kasih kepada Astra Management Development Institute (AMDI) – Salam buat semua temen-2 ABTP 76

Salam
Rosihan

Sunday, December 16, 2007

Raja FO Telah Mengubah Visualisasi Impian Saya


Satu hal yang penting saya alami lagi di TDA. Melalui posting Pak Roni soal IYE! Gathering, saya menemukan pembicara yang sangat menarik. Ini harus saya kejar, kata saya dalam hati.

7 Desember 2007 saya ikut IYE! Gathering, dan 14 Desember 2007, saya bersama Pak Roni dan Pak Tri Atmojo, tidak menyangka bisa berbincang-bincang dengan asiknya, dirumah super mewah, di kediaman Raja FO dari Bandung, Perry Tristianto.

Ini adalah LOA yang baru terjadi setelah saya pikirkan 3 tahun lalu, saat saya berkungjung FO China Emporium dan FO yang lain di jalan Riau Bandung. Waktu itu saya bertanya, siapa yang punya FO ini ? gimana caranya dia bisa bikin konsep seperti ini ? dan jumat malam itulah kami menemukan jawabannya.

Jika anda belum tahu pak Perry Tristianto, ketik saja nama ini di Google, akan muncul puluhan berita diberbagai surat kabar yang mengutip tokoh FO ini.

Banyak hal yang kita dapatkan dalam perjalanan 2 hari di Bandung. Mulai dari konsep dan ide-ide orisinal, rencana-2 bisnis dari diskusi kami bertiga, dan yang paling penting, banyak hal baru yang harus dikerjakan.

Semua ini membuat saya harus me-revisi satu dokumen penting yang mencatat target-target pencapaian saya. Dan Visualisasi Impian Saya Pun Berubah !

Klik disini tulisan Pak Roni dan Pak Try. Foto by Pak Roni


salam
rosihan

Thursday, November 22, 2007

Prospek Besar Garmen di Tahun 2008 ?

Industri garmen, bicara konstelasi dari hulu ke hilir, adalah membicarakan apa yang dipakai untuk tampil dari 200-an juta rakyat Indonesia, dari bayi sampai kakek nenek. Mata rantai industri garmen sudah tersebar sampai ke desa-desa. Industri ini memang sedang menurun, yang sebabnya sangat kompleks dan khas Indonesia sekali. Sebagai peritel kecil, saya mencoba menggambarkan situasi pemahaman bisnis atas ritel garmen dibawah ini.


Pragmatisme Pelaku Pasar

Saat ini, kalangan peritel bawah cenderung pragmatis dalam menyikapi perkembangan industri garmen. Peritel bawah tidak sampai memikirkan berbagai kendala dalam industri garmen. Peritel bawah hanya tahu dan butuh, bahwa barang yang ada dipasar itu apa, seberapa bisa dijual, apa yang sedang tren saat ini, dan rentang harganya berapa, dan yang paling penting, kami bisa jual berapa. It’s so simple. Kita ketahui bersama bahwa peritel hidup dari perputaran barang dan selisih harga.

Mengapa demikian ? karena peritel memang sudah tidak berkepentingan secara langsung terhadap industri garmen dihulu. Peritel juga sudah tidak mungkin diharapkan mempunyai keberpihakan ke industri garmen nasional. Ini adalah pola hubungan industri garmen hulu dan hilir yang memang sudah berubah sejak pasca krisis moneter 1997.

Pasca krisis moneter, peritel bawah sudah diharuskan mengikuti aturan baru mata rantai perdagangan. Dulu dari pabrik benang, pabrik kain, produsen, pemain grosir dan pengecer, mempunyai hubungan mata rantai yang erat dalam industri garmen. Terutama aspek hutang dagang dalam perdagangan. Dulu masih ada istilah hutang dagang yang mempunyai tempo yang saling menguntungkan. Saat ini sudah tidak berlaku lagi. Semua transaksi perdagangan cenderung cash keras, kalaupun masih ada hutang dagang, sifatnya tidak terlalu leluasa.

Dalam posisi ini, peritel cenderung tidak lagi mempunyai komitmen dagang yang berantai. Peritel makin pragmatis dalam memilih produsen/supplier. Peritel hanya masih berpihak ke pelanggan. Mana yang kira-kira pelanggan cari dan butuhkan, itulah yang dicari peritel, dan peritel bebas akan mencari produk dimana. Sudah tidak peduli lagi itu produk lokal atau impor, legal atau illegal, yang penting akan laku dipasaran. Kalau pelanggan tahu suatu produk dari media (misal TV), maka tidak heran peritel pun berburu produk-produk tersebut. Ini menjadikan produsen pun harus mulai akrab dengan media.


Produk Impor

Produk impor, kalau tidak mau dikatakan sebagai produk Cina, mungkin sudah 5 tahun terakhir menekan industri garmen dalam negeri. Varian produk garmen yang dimasuki cukup luas, mulai dari busana umum, bahkan busana khusus seperti busana muslim. Juga tas, sepatu, sandal, ikat pinggang dan sejenisnya. Juga perlengkapan seperti kaos kaki dan pakaian dalam, bahkan ini mendekati 90% barang impor. Kualitas produk impor juga memadai, ada harga ada rupa. Namun kuantitas cenderung terbatas, namun ini malah menjadi peluang dari aspek marketing bahwa pelanggan bisa tampil beda.

Kalau kita survey dipasar tradisional di kabupaten/kota, terlihat sekali produk impor itu dijual oleh sebagian besar peritel eceran. Itu mengindikasikan bahwa pasar sudah menyerap produk impor, alias bahwa produk impor itu laku. Mengapa pasar menyerap dengan mudah ? karena ada hubungannya dengan daya beli. Lepas dari dugaan produk impor itu masuk secara legal atau tidak, kenyataan dipasaran produk impor dapat memberikan harga lebih murah.

Berdagang produk impor, sudah kita ketahui bersama, tidak ada istilah hutang, semua harus cash. Kombinasi antara transaksi cash keras digabung dengan daya beli yang rendah, produk kualitas memadai, kuantitas terbatas dengan mode yang berganti-ganti mengikuti tren global (alias menjiplak), dan harga terjangkau, adalah keunggulan riil saat ini dari produk impor.

Satu kendala kerentanan produk impor ada pada biaya transportasi, dan bea masuk. Dikala harga minyak dunia makin tinggi, jelas sekali komponen biaya pengiriman produk akan naik. Jika kita menengok ke China, krisis BBM di China bisa meledak sewaktu-waktu, ini menjadikan kelangsungan produk China juga dipertanyakan.

Namun sebagai peritel, produk impor saat ini masih menjadi komoditas yang menarik, entah sampai kapan.


Pemodalan, Persaingan dan Keunikan

Era transaksi perdagangan cash keras menjadikan peritel garmen adalah bisnis padat modal. Modal harus kuat untuk mengikuti dinamika naik turunnya pasar, juga penyediaan barang dagangan yang konsisten dan memadai. Modal menjadi hal paling utama, tidak lagi relasi perdagangan.

Semakin menciutnya jumlah produsen, dan membanjirnya produk impor yang itu-itu saja, telah menjadikan homogenitas jenis barang makin seragam. Ini semakin hari semakin memicu persaingan yang makin kurang sehat. Persaingan makin dikendalikan oleh persaingan harga, bukan lagi keunikan produk. Bahkan untuk produk branded yang didistribusikan langsung, sudah tidak ada lagi istilah persaingan antar peritel. Peritel yang sukses menjual produk branded dengan harga bandrol adalah peritel yang mampu menyediakan stok yang memadai, dan ini kaitannya dengan kekuatan modal.

Kalangan pelaku Distro dengan keunikan produk yang “menyimpang” dari produk pasaran sebenarnya hanya untuk mensiasati persaingan. Mereka memperpendek mata rantai industri, menjadi produsen sekaligus pengecer. Jika ada pengecer yang ingin ikut manisnya kue Distro, mereka harus kuat di pemodalan. Namun ini bukan solusi bagi industri garmen, konsep “menyimpang” masih diserap oleh konsumen yang terbatas, bukan rakyat kebanyakan. Rakyat kebanyakan masih mau bergaya dengan mencontoh artis-artis idola mereka dengan baju pasaran. Ini “blue ocean”, tapi masih sebatas “berenang di danau biru”.


Prediksi 2008

Secara umum, prediksi industri garmen tahun 2008 akan membaik. Namun bukan karena industri garmen yang membaik, tetapi karena uang beredar di sektor riil sedang membesar. Ini terkait dengan hajatan penggalangan konstituen menuju Pemilu 2009 yang berbiaya ratusan triliun.

Sepertinya tidak ada korelasinya secara langsung terhadap produk apa saja yang paling laku, karena kita tidak bisa melihat hanya dari masalah kaos yang sering dipakai konstituen. Bagi saya, cenderung mensyukuri banyaknya uang yang beredar, yang akan meningkatkan daya beli masyarakat atas produk garmen.


Salam
rosihan

Wednesday, November 14, 2007

2% Yang Menghidupi dan 98% Yang Ilusi

Sekilassaya pernah mendengarkan talkshow di Smart FM, dengan pembicara Zaim Saidi Direktur PIRAC (Public Interest Riset and Advocacy Center), yang mengatakan, bahwa transaksi sektor riil didunia ini hanya 2%, dibandingkan sektor keuangan yang 98%. Padahal sektor riil yang 2% itulah yang menghidupi sesungguhnya kehidupan ini.

Saya lalu browsing di internet, dan menemukan banyak tulisan Zaim Saidi, saya cuplik sebagian disini :

“Di pasar uang dunia kini transaksi Dolar telah mencapai angka 800 trilyun Dolar AS per tahun. Sementara nilai perdagangan dunia yang merupakan sektor nil ‘hanya’ 4 trilyun Dolar AS per tahun. Artinya, transaksi di pasar uang itu besarnya 20 kali lipat nilai transaksi perdagangan sektor riil. Kondisi demikian jelas mencemaskan, karena transaksi di pasar uang sesungguhnya bersifat maya, karena tidak ada barang yang diperdagangkan, kecuali uang itu sendiri. Fenomena itu kerap disebut ekonomi gelembung (bubble economy), karena nilainya yang begitu besar, tapi pada hakekatnya tidak ada barang riil yang diperdagangkan. Karena itu kita tinggal menantikan saatnya gelembung uang itu meledak, lalu meruntuhkan ekonomi global.”

Source : http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=1

Saya merenung dan teringat dengan obrolan dengan temen saya yang konsultan keuangan, ketika kami mendiskusikan perdagangan saham dan sektor keuangan. Satu kata yang paling saya ingat, bahwa perdagangan saham adalah ZERO GAME. Apa itu zero game ? Yaitu suatu perdagangan dimana suatu keuntungan bisa terjadi karena adanya kebuntungan dari yang lainnya.

Temen saya bilang, kalau pingin kaya dengan cepat, ya main saham, itu sudah banyak bukti. Saat ini malahan banyak seminar yang menawarkan dengan pembuktian realtime, bahwa hanya dalam beberapa menit bisa dapat ribuan dolar. Mengapa itu bisa terjadi ? padahal itukan Zero Game ? kalau ada yang untung, berarti ada yang buntung dong .. oh itu pasti, karena :

- Banyak pemain saham pemula, yang mungkin sebagian besar loss, dan ngga mau main saham lagi, ini sumber keuntungan juga

- Banyak pemain saham menengah dan berpengalaman, yang memainkan uang investor, kadang untung kadang buntung

- Banyak pemain saham kakap, yang mampu menggoreng saham, bahkan menciptakan konflik didunia, baik secara politik maupun ekonomi, kadang meraup untung besar, tapi kadang buntung besar.

Lalu, kamu mau kaya disektor RIIL atau TAK RIIL ? wah, saya kebingungan. Kalau menuruti nafsu, maunya kaya cepat dan mudah, dan hasilnya kuayaaa banget. Tapi apa itu yang saya cari ? (kata saya dalam hati).

Pikiran saya melayang di Januari 1997, ketika saya masuk ASTRA. Saya teringat falsafah Astra, “Sejahtera Bersama Bangsa”. Saya teringat Hymne Astra, yang isinya begitu mengena. Om William pasti menginginkan kaya bersama karyawannya, masyarakatnya, negaranya.

So .. jika anda ingin kaya bersama bangsa, ya mainkan peranan kehidupan anda di sektor RIIL. Karena setiap usaha anda, meneteskan rupiah demi rupiah ke kantong karyawan anda, lalu mengalir ke keluarganya, lalu terbelikan di warung-warung tetangganya, lalu menghidupkan ekonomi desanya, kotanya dan negaranya.

Tapi jika anda pengin kaya cepat, mainkan peranan kecerdasan anda, di sektor TAK RIIL, yang memang menjanjikan keuntungan raksasa. Anda bisa kaya sendiri tanpa punya karyawan.

Ya itulah ekonomi dunia saat ini, hanya 2% yang menghidupi, namun ada 98% yang menjadi ilusi kekayaan dunia.

Salam
rosihan

Teruslah Bergerak, Jangan Pernah Kehilangan Fokus

“Kesalahan terbesar saya adalah kehilangan fokus” .. itu kata Donald Trump di CBNC Asia beberapa malam lalu.

Saya sempat tercenung diacara itu beberapa lama. Karena Trump begitu coboy dalam cara membicarakan segala sesuatu tentang bisnis. Beberapa point yang dapat saya ingat :

- Jangan kehilangan fokus … intinya fokus pada bisnis yang menuju impian anda

- Setiap hari saya bekerja dan berwisata sekaligus .. yaa karena Trump punya real estate di beberapa kawasan wisata dunia.

- Bisnisku Ya Hidupku .. tidak bisa dipisahkan, karena setiap apa yang di-impikan, pikirkan, ucapkan dan jalankan menjadi bisnis Trump.

- Saat ini adalah The Great Time for Properti Investment di Amrik sono, karena harga properti lagi jatuh. Diperkirakan 6 bulan kedepan harga properti menuju bottom line, setelah itu recovery lagi.

- Banyak orang terlalu cepat menyerah dalam menghadapi tantangan bisnis, pesan Trump : “Jangan Pernah Menyerah”

- Dan lain-lain …banyak …

Satu hal yang saya ingat justru kata-kata Jangan Kehilangan Fokus. Mungkin kalau Trump kehilangan fokusnya adalah melirik peluang-peluang yang begitu banyak didepan mata, yang mampu dia mainkan.

Tetapi kalau saya, kehilangan fokus kadang hanya sebagai jalan pelarian karena males menghadapi masa-masa berat disiklus bisnis. Padahal ini haram hukumnya.

Langkah Fokus 1:
Untuk tetap fokus, saya mengisi hari dengan urusan-urusan teknis pengembangan bisnis, seperti borong buku di Gramedia, ada 21 buku Manajemen Ritel, Hantaran dan urusan kerudung dan buku-buku pendukung bisnis saya borong sbb:

Seri Manajemen Ritel :
Sukses Berbisnis Ritel
Paradigma Baru Dalam Manajemen Ritel
Manajemen Ritel
5 Jurus Sukses Berbisnis Ritel
Pemasaran Ritel
How to Operate Your Store Effectively & Efficiently
Sukses Mengelola Bisnis Minimarket
Top Brand Anak & Remaja

Seri Hantaran Pengantin :
Membuat Kreasi Hantaran Pengantin
Aneka Hantaran Pengantin
Lipat Kain Sederhana
Lipat Cantik untuk Hantaran

Seri Kerudung Masa Kini :
Scraf : Akses Cantik Busana Muslim
Kerudung Praktis Ratih Sang : Seri 1 dan 2
The Power of Mix & Match
Chic & Cantik Bandana Kerudung Anda
Kreasi Dua Kerudung
Modis & Praktis Kerudung Instan
Kerudung Gaul Ramaja

Habis beli, ya dibaca, dan beberapa segera dipraktekkan di toko. Jika Anda semua punya toko busana muslim, saya rasa Anda wajib punya buku-2 diatas.

Langkah Fokus 2 :
Saya lagi demen jalan-jalan, terutama ke Distro-2 anak muda, ini gara-gara cerita bisnis Pak Try Atmojo yang sangat kurang ajar …karena begitu basah dan menggiurkan !

Saya juga lagi demen jalan-2 ke sentra-2 tas, sepatu dan sandal. Survey disain toko-2 tas dan sepatu.

Distro Anak Muda dan Distro Tas & Sepatu … ah … LOA ..LOA ..LOA

Langkah Fokus 3 :
Membereskan Aplikasi E-Commerce SAQINA.COM … sebentar lagi akan segera menyaingi blog commerce temen-2 …..

Langkah Fokus terakhir :
CARI UTANG …. CARI MODAL ….

Semoga dengan fokus-fokus yang saya tulis diatas, anda juga masih bisa fokus di bisnis Anda.

Salam
rosihan

Ngga Mungkin Bisnis Anda Bisa Jadi Konglomerat

Anda panas baca judul diatas ? … ya jangan dong … masak gara-gara judul aja kok panas hati ..he..he..he… Tapi yang dijudul itu bisa ada benarnya. Itu kalau kita memang mau betul mencari kebenarannya. Saya sendiri sedang merangkak mencari kebenaran judul itu.

Apa sih konglomerat ? tanpa perlu baca buku, saya mendefiniskan sendiri, bahwa bisnis konglomerasi itu adalah bisnis yang menguasai mata rantai bisnisnya-nya, dari hulu ke hilir, bisa vertikal atau horisontal.

Contoh yang yang dari hulu kehilir vertikal sbb :

Dari awalnya cuman punya toko elektronik, lalu bergerak ke arah hulu dengan membuka bisnis grosir barang elektronik, lalu buka produksi elektronik, lalu buka pabrik besar elektronik macem-macem, lalu buka pabrik khusus komponen elektronik, lalu pabrik bahan dasar komponen, lalu sampai buka bisnis pertambangan bahan inti sendiri.

Sedangkan ke hilir dari toko elektronik cuman satu, bikin banyak toko elektronik seantero negeri, bikin super store elektronik, bikin hiper store yang jual bermacem-macem elektronik dari semua produsen, sampai ekspor produk elektronik dan jadi importir dan distributor tunggal berbagai produk elektronik.

Contoh yang yang dari hulu kehilir horisontal sbb :

Dari awalnya cuman punya toko elektronik, lalu bergerak ke arah horisontal dengan invest properti untuk buka toko, buka super store, buka hiperstore. Buka bisnis pergudangan, sampai distribusi. Buka bisnis ekspedisi, lengkap dengan armada sendiri, armada perkapalan laut dan udara. Lalu buka bisnis pinjaman (financing), khususnya untuk financing produk elektronik, lama-lama produk apa aja. Bisnis financing besar, lalu bikin Bank, lalu bikin bisnis Asuransi. Buka sekolah elektronik. Buka lembaga riset elektronika dunia. Buka bisnis periklanan, buka bisnis media, radio, televisi, koran, dll …. dan seterusnya ….

Anda tahu apa kuncinya bisnisnya bisa menjadi konglomerasi ? jawabannya cuman satu : PEMBATAS.

Ya ..PEMBATAS adalah satu hal sangat penting dalam bisnis. Anda bisa menganalogikannya dengan beli tanah atau rumah diperumahan di kota sama di desa. Kalau kita beli rumah diperumahan, pembatas kanan kiri depan belakang sulit kita lampaui atau kita beli atau kita jebol. Kita terpaksa tidak bisa melebarkan rumah kita, walau kita mampu. Jika didesa, pembatas itu relatif mampu kita beli, sehingga kita bisa melebarkan rumah kita.

Ya ..di bisnis pun seperti itu. Bisnis bisa menjadi konglomerasi sangat tergantung dari Pembatas bisnis itu. Jelas sekali setiap jenis bisnis punya nature-nya sendiri. Contoh diatas sangat jelas sekali, bahwa secara vertikal, ketika bisnis awal membesar, maka pembatas ke arah hulu bisa dipecahkan, sehingga bisa bergerak ke arah hulu, sampai ke sumbernya. Juga kearah hilir, jelas bisa dilakukan. Jika berhasil melebarkan bisnis secara vertikal, melebarkan secara horisontal jauh lebih mudah, karena pola bisnis horisontalnya biasanya adalah bisnis yang men-support bisnis utamanya.

Lalu apakah bisnis saya saat ini bisa menjadi konglomerasi ???

Contoh Kasus :
Teman saya buka bisnis training SDM untuk running sistem berbasis SAP ituloh sistem ERP yang banyak dipakai di perusahaan. Apakah bisnis training ini besar BESAR ??? pasti BISA. Jelas, market size-nya adalah semua SDM pengguna SAP di Indonesia. Jika bisnis dia sukses bisa memonopili semua acara training pengguna SAP se-Indonesia, pasti bisa BESAR. Tapi sebarapa besar market size-nya ? Tanya SAP aja, anda pasti tahu jawabannya, yaitu sebanyak sistem SAP yang masih hidup yang di-implementasikan di Indonesia, dikalikan faktor n pengguna disetiap perusahaan. Bagaimana memperbesar market size-nya? wah, kalau ini susah jawabnya, karena market size-nya sangat tergantung dari pertumbuhan pemakai SAP di Indonesia.

Bagaimana bisnis tarining ini bisa dijadikan konglomerasi ? wah … ya dari bisnis Training SAP, anda harus buka bisnis Jualan SAP, supaya market size-nya ikut melebar. Jika sukses Jualan SAP, gimana lagi ? ya anda haru beli itu perusahaan SAP !!! Anda mampu beli SAP yang di jerman itu ??? Atau ada yang bisa menjabarkan jalan baru untuk jadi konglomerat ? (ayo dong … panas….panas….panas…)

Sebagian besar, bisnis yang bersifat Supportive Business memiliki pembatas hulu yang besar, yang kadang secara jelas menentukan market size bisnis kita. Jadi, sebelum anda fokus memilih bisnis anda, saya sarankan baca banyak-banyak kasus bisnis di dunia. Ini adalah satu contoh kasus.

Lalu saya harus pilih bisnis yang seperti apa ? Jawaban saya :
BELAJARLAH SAMA JEPANG – TAIWAN – KOREA & CHINA

Mengapa ?
- Bisnis INTI mereka adalah PRODUKSI & PERNIAGAAN
- Bisnis sekunder mereka adalah Semua Bisnis yang Mendukung Produksi & Perniagaan
- Bisnis lainnya adalah bisnis yang Mereka Tidak Mampu Mengadakannya Secara Pasti Karena Sudah Ditakdirkan (seperti sumberdaya alam)

Jadi, apa bisnis saya bisa BESAR ? oh pasti bisa BESAR …. TAPI TIDAK BISA MENJADI KONGLOMERAT ….


Haa….haaa…haaa ….. jangan serius-serius amat … entar capek deh…

(tulisan diatas tidak ditujukan untuk menggurui Anda, mencemooh, mengejek, menolok-olok, menunjukkan jalan salah bisnis Anda. Tidak ditujukan kepada satu/dua, atau segerombolan orang. Tetapi ya seperti itu tulisan ngawur saya …. salam dari yang masih belajar, jadi wajar kalau masih belum benar semua)

Thursday, October 25, 2007

Masalah SDM di Sektor Formal dan Informal

Lebaran telah usai. Mungkin dari kita sudah bersilaturrahmi ke sanak saudara, ke paman, bibi, eyang, sepupu dan banyak saudara lainnya. Salah satu pertanyaan yang sering kita jumpai adalah “ Sekarang kerja dimana ? “. Kalau yang karyawan tentunya mudah menjawabnya. Mungkin dengan bangga kita sendiri menjawab, atau saudara, atau bapak/ibu kita pun ikut bangga menjawabnya ..” oh kerja di Astra ..” atau “oh kerja di Ramayana .. “ atau “oh kerja di Telkomsel, ituloh operator HP Simpati ….” Atau “di Matahari, sekarang sudah Manajer loh ..”

Sementara yang kerja di sektor informal …. Mungkin dengan malu-malu ..”Saya usaha dagang baju Pak …” atau “ saya lagi buka usaha ternak ayam “ .. atau .. “ saya lagi nyoba mulai usaha kecil-kecilan, buka toko sepatu di pasar “ … Sambil terima respon yang kadang menjadi guyonan …”wah ..sudah jadi Sodagar yaa” ..atau “ wah, juragan ayam yaa” atau ..”wah ..lagi banyak duit yaa, habis panen sih ..”

Ya itulah realitas. Mejalani hidup disektor formal kadang mendapatkan penghargaan yang lebih. Kadang lebih dipandang lebih intelek, bermartabat, keren, dan tentunya kaya karena bergaji jutaan. Yang kerja di sektor ritel pun demikian, banyak anak muda (remaja) yang lebih bangga jika bekerja di ritel modern seperti Carrefour, Matahari, Ramayana dan lainnya.

Sebagai pengusaha di sektor informal, khususnya ritel busana, saya pribadi menyatakan bahwa masalah SDM adalah masalah nomor satu yang harus diperhatikan. Apalagi saya membangun jaringan toko ritel, yang notabene nantinya dikelola mandiri oleh SDM toko.

Menurut penelitian Martels & Pannels, dalam bukunya The Teenage Worker, Retention and Motivation yang terbit pada tahun 2000, menyebutkan 10 Faktor Pendorong Motivasi pekerja remaja di industri ritel adalah :

1. Memiliki kebanggaan pada pekerjaan dan tempat kerjanya
2. Sering mendapatkan perhatian rekan dan atasan
3. Atasan mendengarkan apa yang mereka katakan
4. Memperlakukan mereka dengan hormat
5. Manager/Supervisor mereka memperhatikan sebagai seorang individu
6. Mendapatkan arahan dan tuntutan pekerjaan yang jelas (ada SOP)
7. Mendapatkan umpan balik yang cukup atas pekerjaan
8. Hasil pekerjaannya bisa terlihat jelas
9. Pekerjaannya tidak mebosankan
10. Atasan tidak ada like and dis-like

Kalau ke 10 point diatas kita percaya, yang tentunya kita sebagai peritel kecil ini sungguh merana dipandang oleh karyawan-karyawan kita. Mengapa, jawabannya jelas sekali.

1. Bisnis kita masih kecil, toko kita kecil, so ..apa yang bisa dibanggakan oleh karyawan kita ?
2. Karyawan kita ngga banyak, so … mungkin sering kali karyawan kita kurang kawan, dan pekerjaan bisa jadi membosankan
3. Kadang kita lupa menuliskan SOP, standar kerja, yang kadang menjadikan seberapapun kerja keras karyawan kita menjadi tidak terlihat
4. Tidak adanya jenjang karir, dan juga atasan yang kadang pemilik langsung juga kurang perhatian, kurang komunikasi ..
5. Kadang jadwal kerja yang terlalu lama, karena pemilik ingin menekan overhead operasional

Untuk itu semua, saya yang sekarang terus mengembangkan jaringan SAQINA tidak pernah berhenti memecahkan masalah SDM. Di Wilayah timur, Jumat dan Sabtu pasca lebaran lalu, saya mengadakan training untuk sosialisasi SOP baru, sekaligus wisata. Semua karyawan antusias atas penerapan sistem manajemen baru.

Namun di Wilayah barat, pasca lebaran, saya kehilangan 3 orang karyawan yang notabene sudah mengusai produk. Satu ilmu lagi, aalah satu tantangan membuat toko di wilayah industri adalah, lulusan SMP dan SMA sekarang lebih suka kerja di pabrik dari pada di toko. Dan gaji selalu dibandingkan dengan UMR. Ini memaksa saya mencari data UMR se-Indonesia, dan alhamdulillah dapat, dan tentunya mau menghitung ulang sistem penggajian karyawan.

Semua masalah adalah tantangan, dan jika terpecahkan, akan menjadi batu pijakan untuk terus maju kedepan.

Salam

Rosihan

Tuesday, October 23, 2007

Mentalitas Yang Terbebani Identitas

Ramadhan 1994, saya ikut pesantren kilat jaman mahasiswa. Salah satu topik yang begitu melekat sampai hari ini, adalah paparan tentang “The Real I” yang dibawakan oleh Budi Munawar Rachman (intelektual, bidang filsafat kalau tidak salah).

The Real I (identitas yang sesungguhnya) digambarkan dalam sebuah lingkaran, yang didalamnya ada huruf RI (identitas riil) dan dikelilingi banyak lingkaran diluarnya yang membentuk suatu orbit, dimana setiap orbit terdapat banyak I (identitas tambahan) yang lain. Intinya adalah, bahwa identitas kita yang sesungguhnya, seringkali dikelilingi, bahkan tertutupi oleh identitas-identitas tambahan lainnya yang melingkupi pada saat itu. Poin-poit itulah yang saya pahami sampai saat ini.

Coba sekarang kita menanyakan kepada diri sendiri.
Hey… kamu itu siapa sih sesungguhnya ? Kalau saya ditanya seperti itu, saya pasti akan terjebak menjawab sbb:
Oh, “saya Rosihan, saya orang Jawa, saya alumni ITB, saya Konsultan IT, saya bekas Karyawan Astra, saya, saya …, saya …. “ dan seterusnya.

Apakah semua jawaban itu adalah identitas seorang Rosihan sesungguhnya ? saya merasakannya tidak. Jika orang tua saya menamakan Agus juga bisa, jika saya besar di Jawa Barat saya akan jadi orang Sunda, jika saya kuliah di UI maka saya Alumni UI, jika saya ngga kerja di Astra ngga mungkin jadi Karyawan Astra, dan seterusnya …

Semua identitas itu adalah identitas tambahan yang melekat pada diri saya, yang terjadi karena suatu kondisi dan pilihan-pilihan. Bukan Identitas yang sesungguhnya (Real I).


Identitas Yang Membebani

Sadar atau tidak, semua identitas tambahan yang pernah melekat, atau saat ini melekat pada kita, seringkali mempengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Kadang mengambil keputusan untuk “Menjadi Seseorang Yang Baru” atau menambah identitas tambahan yang baru, kita menjadi sulit. Kita kadang menjadi terbebani oleh identitas lainnya yang telah melekat.

“Seorang Manager” kadang merasa RISIH untuk memulai menjadi “Seorang Pedagang”. “Seorang Penulis” merasa RISIH menjadi “Seorang Pengusaha”, atau
“Seorang Pengusaha” merasa RISIH menjadi “Seorang Politisi”, dan lainnya.

Kalau kita bedah kata “RISIH”, sebenarnya terdiri dari sekumpulan asumsi-asumsi dan pemikiran negatif. Perasaan risih ini terjadi, karena mental kita sudah terbebani oleh identitas yang melekat itu. Kita sedang sibuk membanding-bandingkan antar Identitas. Ini suatu hal yang sangat tidak perlu.


Jika kita terus berjuang untuk mengenal siapa diri kita sesungguhnya (Real I), sebenarnya kita tidak perlu merasa terbebani, apalagi terkungkung oleh identitas yang melekat itu. Kita bisa sesuka hati menjadikan kita sebagai: “saya Pengusaha, saya Penulis, saya Pedagang, saya Konsultan” ..dan lainnya.

Ini merupakan salah satu modal mental untuk “Menjadi Apa Aja”, dengan lebih jelas, yakin dan rileks. Kita tidak perlu takut “menjadi yang baru”, dan ini adalah modal dasar kita untuk bergerak terus maju menjadi yang baru.

Jadi, yang “Programmer” tidak perlu merasa risih menjadi “Pedagang”. Yang “Pedagang” tidak perlu merasa minder menjadi “Konsultan”. Yang “Konsultan” tidak perlu merasa rugi jadi “Penulis”. Yang “Penulis” tidak perlu merasa takut menjadi “Pengusaha”

Semua itu adalah pilihan-pilihan, dan “Menjadi Itu “ adalah tidak kekal. Itu bisa berubah. Itu bisa ada masanya. Yang kekal adalah menjadi saya yang sesungguhnya (Real I).
Adalah picik kalau sebagian besar hidup kita hanya dilekatkan pada Satu Identitas. Adalah picik kalau seorang Rosihan hanya ingin menjadi “Konsultan IT”, karena seorang Rosihan selalu bermimpi akan bebas menjadi apa aja, bisa menjadi “Pedagang, Perancang Mode, Pengusaha, Penulis, Pembicara, Politisi, Pejabat, Konglomerat, Pendakwah, Kyai, atau bahkan Guru Bangsa…..”

Sunday, August 5, 2007

Menjadi Pengusaha dengan Proses Dialektika Tanpa Henti

Salah satu hal yang paling menyebalkan pengusaha, adalah ketika ditanya pertanyaan-pertanyaan semacam ini :

- Bagaimana Anda dulu memulai menjadi pengusaha ?
- Bagaimana ceritanya usaha Anda bisa menjadi besar seperti ini ?
- Berapa dan darimana modal awalnya ?
- Apa cita-cita Anda sesungguhnya ? Apakah sesuai dengan visi dan misi Anda ?
- Apakah keunggulan Anda ?
- Apa saja tips-tips sukses Anda untuk bisa menjadi besar seperti saat ini ?
- Dan seterusnya berderet-2 pertanyaan dengan awalan bagaimana, apakah, berapa, siapa …dst ..dst..dst …

Semua pertanyaan diatas bukannya tidak boleh, boleh-boleh saja. Asal yang menanyakan adalah wartawan, entah itu wartawan majalah bisnis atau kewirausahaan. Karena tujuannya untuk menuliskan sebuah proses, sebuah perjalanan, untuk mudah dibaca secara runtut dan dipahami pembacanya.

Tapi jika pertanyaan-pertanyaan itu ditanyakan oleh anak muda yang mau menjadi pengusaha, itu semua adalah pertanyaan yang menyebalkan. Kenapa, karena pengusaha itu tidak mungkin mampu mengingat setiap detil perjalanannya yang penuh dengan proses dialektika tanpa henti. Itu saja !.


2 Jalan Yang Memang Berbeda

Suatu hari, 2 anak muda diberikan tugas untuk menuju ke suatu kota X yang terpencil dan belum banyak data yang bisa menjelaskan keberadaannya. Tapi kota itu bisa dicapai pulang pergi hanya dalam waktu 10 hari. Apa yang berbeda yang dilakukan oleh 2 anak muda itu ?

Si Pintar :
Karena pintar, sibuk mendapatkan data dulu, dimana kota X berada. Seberapa jauh, alat transportasinya apa, berapa biayanya, bagaimana dukungan akomodasi, dll. Intinya, persiapan yang matang untuk sebuah keniscayaan yang belum jelas adanya. Hasilnya apa ? semua data-data tetap ia dapatkan, walau bukan data yang akurat. Dari data itu, dia juga sudah menetapkan asumsi-asumsi, perencanaan plan A, B, dan C. Akhir kata, Si Pintar berangkat dengan keyakinan, bahwa dia berani karena merasa persiapannya matang.

Si Bonek :
Tidak ada yang dilakukan secara berlebihan, dia melakukan perencanaan sewajarnya. Mengapa ? karena dia yakin atas penjelasan awal, bahwa kota X yang terpencil itu memang belum banyak yang tahu disini. Jadi percuma kalau dia tanya sana-sini ketika belum berangkat. Dia hanya menyiapkan bekal untuk cukup berangkat dan pulang. Akhir kata, Si Bonek berangkat dengan keyakinan, bahwa dia berani karena dia siap menghadapi apapun yang terjadi. Dia siap bertanya sepanjang perjalanan. Dia yakin, semakin dekat dengan kota itu, semakin banyak orang yang akan memberitahu tentang kota itu.


Apa yang terjadi selama perjalanan ?

Si Pintar :
Dia mulai berangkat, dengan plan A. Ketika pertama kali dia menemukan kondisi yang berbeda dengan rencana dia temukan dijalan, dia sudah gelisah dan kesal, kok tidak sesuai rencana. Mulailah dia masuk ke plan B. Agak tenang meneruskan perjalanan. Tapi kondisi baru yang berbeda terus ditemukan. Semua plan A, B dan C sudah tidak memadai. Dia mulai putus asa. Dia merasa salah persiapan, kurang data, data tidak akurat. Dia semakin yakin, bahwa akan banyak dijumpai kondisi-2 diluar rencana yang harus dia hadapi. Lebih baik pulang balik mempersiapkan lebih baik, daripada meneruskan dengan bekal yang makin menipis. Akhir kata, dia menetapkan untuk pulang balik.

Si Bonek :
Disetiap penggal perjalanan, Si Bonek selalu bertanya, mulai mengumpulkan data. Baginya, setiap kondisi baru yang ditemukan, adalah bahan pertanyaan. Setiap kondisi baru akan memberikan jawaban. Semakin ketemu banyak kondisi, dia semakin bisa menyimpulkan keberadaan kota yang dicari. Semakin banyak pula petunjuk-petunjuk. Bahkan ketemu dengan orang-2 yang sudi membantunya. Dia semakin yakin, kota yang dicarinya semakin dekat. Akhir kata, dia menemukan kota itu, dimana dia disambut bagaikan keluarga oleh warga kota setempat. Dia mencoba mengingat, semua yang terjadi di perjalanan, sama sekali tidak pernah terlintas dibenaknya. Yang ada dibenaknya hanya dimana dan bagaimana kota itu.


Si Bonek dan Kecerdasan Dialektis

Proses dialektika adalah sebuah permainan antara cita-cita dan rencana versus realitas yang ada didepan mata, saat ini. Setiap kita, yang berpengetahuan, selalu terkena kutukan rencana. Setiap kita yang terus melangkah, selalu berhadapan dengan realitas yang nyata. Apakah rencana dan realitas selalu sejalan ? maunya kita iya, realitasnya tidak. Realitas ternyata mempunyai jalannya sendiri. Realitas kadang tidak mau mengerti atas rencana-rencana kita. Lalu, bagaimana jika rencana vs realitas tak sejalan seperti yang kita harapkan ? disitulah akan selalu hadir pilihan-pilihan. Dan disinilah kegagalan untuk memilih bisa terjadi.

Cerita Si Bonek, adalah gambaran sebuah ikhtiar tanpa henti. Modal ikhtiar Si Bonek begitu meluap. Begitu siap menghadapi realitas didepannya. Antara tujuan dan rencana perjalanan, versus realitas yang ada didepan mata, dicoba untuk selalu dicarikan jalan keluar. Proses dialektika terus dilakukan untuk selalu mencari jalan keluar, disini kata kebuntuan haram hukumnya digunakan. Bagi Si Bonek, proses dialektis adalah jalan keluar untuk setiap permasalahan.

Si Bonek adalah gambaran sebuah Kecerdasan Dialektis, sebuah kecerdasan terintegrasi dalam mensiasati kehidupan. Kecerdasan ini bisa hadir jika kita terus mengasah intelektual kita, emosi jiwa kita dan spiritualitas kita. Mengapa ? karena Proses Dialektika membutuhkan pengetahuan dan pembelajaran atas hal baru tanpa henti, sekaligus secara emosi menerima setiap realitas yang tak sejalan dengan jiwa besar, dan memasrahkan hasilnya kepada Sandaran Spiritual.

Bagi saya pribadi, keseluruhan hidup yang saya alami saat ini tidak pernah terlepas dari proses dialektis. Saya selalu mengingatkan diri untuk selalu dan terus …
- menjadi manusia pembelajar, tanpa henti
- menjadi manusia ikhlash, menghadapi apapun realitas yang ada
- menjadi manusia penuh ikhtiar, belajar bermain dengan pilihan-pilihan
- menjadi manusia yang pasrah atas hasil yang ditetapkanNYA.

Salam
rosihan

Si Bedul dan Janda Kembang

Janda Kembang (JK) itu untuk kesekian kalinya membuat sang pemuda patah hati. “Kurang apa aku ini, ganteng, keren, kerja di perusahaan besar, jabatan ok, gaji pun ok, lah kok ujung-ujungnya masih ditolak sama dia “ guman sang pemuda tampan yang sedang terluka hati ini.

Suasana menjadi lara, tapi si Janda Kembang tetaplah kembang, yang terus mencari pasangan hati, pautan jiwa, dan sandaran hidup masa depan anak semata wayangnya.

Si Bedul yang tetangga, makin terheran-heran. Minggu pagi yang indah dia coba lampiaskan rasa penasarannya.

Si Bedul : “Mbak, kenapa sih ngga ketemu-ketemu jodoh lagi ? Temen deket yang kemarin itu kurang apa ? masak masih ngga cocok juga”

Si JK: “ Ngga ada yang kurang Dul, cuman ada yang ngga sinkron aja Dul …”

Si Bedul: “ Loh ..ngga sinkron dimananya ?”

Si JK: “ Gini Dul, waktu aku tanya dia, dia itu kenapa sih kok suka, bahkan bilang cinta sama saya. Dia jawab aku itu sempurna, aku cantik, aku bugar dan tampak segar, aku pandai merawat raga, aku smart, diajak ngomong apa aja nyambung, penampilanku selalu indah dipandang, dan aku punya cita-2 yang tinggi untuk anakku”

Si Bedul: “Lah khan memang mbak seperti itu, trus dimananya yang ngga sinkron?”

Si JK: “Aku tanya ke dia, apa calon istri idamanmu harus seperti aku ? Dia jawab 1000% iya … harus seperti itu, sebagai suami sejati, dia mendambakan istri yang sempurna”.

Si JK (sambil senyum terpendam) “ Gini Dul, aku sudah coba jalan sama Dia, coba mengerti siapa Dia. Ya …juga coba agak matre si Dul, berhitung-hitung dikit. Ternyata Dia itu pemuda dengan harapan selangit. Dia pengin punya istri yang komplit luar dalam. Banyak soal yang ada padaku ini dibahas Dul.

Soal otak-ku ini, dia pengin istrinya ber-otak Smart, bisa ngimbangin semua yang diomongin .. mulai dari urusan kerjaan, training, seminar, buku, film, koran, majalah, politik …, belum lagi soal anak, pola pendidikan dan urusan sekolah. Lah ini khan bikin aku jadi harus juga baca, nonton, dengerin berita dan radio, ngerti soal pekerjaannya, dan paham betul soal pendidikan anak.

Terus soal raga ini Dul, dia pengin istrinya selalu tampak bugar, segar dan sehat. Maunya setiap hari seperti itu. Klo gitu, ya aku perlu fitness 2x seminggu, nyalon dan spa 2x sebulan, dan perawatan kulit sekali sebulan.

Terus soal penampilan, dia maunya istrinya ngga bikin malu soal penampilan. Lah ini kan bikin aku harus punya salon dan butik langganan…

Apalagi soal anak Dul .. , walaupun dia kuliah cuman S1, dia itu punya cita-cita anaknya Doktor, dan go global. Klo gitu, ya sejak awal harus kusiapkan untuk tujuan itu. Anaknya ya harus sekolah internasional, biar dari kecil bahasa inggris-nya cas cis cus, bacaannya ngga perlu lagi buku terjemahaan, TV-nya ya Discovery Channel, National Geographic, bukan TV lokal yang sinetron melulu..!”

Terus soal rumah, Dia maunya tinggal di apartemen, dipusat kota. Supaya Dia bisa ngurusin kerjaanya dengan lancar, produktivitasnya tinggi … ngga capek-2 dijalan. Gampang ketemu temen dan pelanggan. Klo capek tinggal cari cafe, atau pijat refleksi. Bisa fitness 2x seminggu, bisa renang sewaktu-waktu.

Si JK (terdiam sejenak, menghela nafas)

Masalahnya Dul, semua yang Dia inginkan itu 1000% ngga sinkron dengan statusnya saat ini. Dia itu karyawan, yang gajinya saat ini baru 7 digit, walau katanya 5-10 atau bahkan 20 tahun lagi baru mencapai 8 digit. Lah ini khan masih jauh dari gaya hidup impian Dia, yang sejatinya juga gaya hidup impianku. Belum kepotong inflansi 10% pertahun, juga gejolak harga minyak dunia dan gonjang ganjing rupiah.

Hari gini Dul, penghasilan 7 digit hanya cukup nyaman buat nyicil rumah, mobil dan belanja harian, itu pun yang pas-pasan. Jadi ngga mungkin cukup buat impian yang selangit gitu. Klo aku dibilang cewek matre ya ngga papa Dul, wong memang itu kenyataan diluar sana”.

Si Bedul: (yang karyawan) “Busyeeeetttt, itu khan gue bangeeettt !!!”

Si JK : “ Udah ah Dul, jangan tersinggung. Aku tungguin kamu aja deh, tapi klo udah jadi pengusaha kaya yaa” (sambil mesam-mesem dan pergi melambai)

Si Bedul: “Aduuuuuuuhhhhh, kenapa siihh aku ngga berani jadi pengusaha ….”

rosihan

Thursday, July 12, 2007

Si Bedul Kena Kutukan Pengetahuan

Si Bedul untuk kesekian kalinya sowan ke Gus Pur. Kali ini agak larut malam, maklum, Si Bedul masih orang kantoran, hanya punya waktu dikala matahari sudah terlelap.

Si Bedul : “ assalamu’alaikum Gus, malam gini ngopinya enak sekali Gus “

Gus Pur: “ Iyo, enak tenan. Tapi yang bikin enak bukan kopi-nya Dul, tapi hidupku ini yang enak. Jadi kyai, tinggal duduk, makan dan setiap hari ngobrol sama orang-2 yang sowan”

Si Bedul: “Kok banyak orang sowan ke kyai ya Gus ?”

Gus Pur : “ Lha iya …wong mereka itu orang-2 yang kena kutukan kayak sampeyan ini “

Si Bedul : (geregetan) “ Kena kutukan gimana Gus, saya kalau kesini khan selalu tanya urusan rencana bisnis yang mau saya bikin ini Gus”.

Gus Pur : “Lha iya, itu kena kutukan namanya. Kamu khan orang cerdas, titelmu sudah kepanjangan, kerjamu sudah tahunan, kurang opo kamu ? kamu sendiri yang bilang, kalau mau bikin usaha, kamu mulainya dengan bikin perencanaan yang top, ada Plan A sampek Z. Pokoknya detil. Tidak ada yang terlewat.

Gus Pur : (terkekeh-kekeh …) dan karena kepintaranmu itulah yang membuat kamu 100% kena Kutukan Pengetahuan. Kamu itu dikutuk sama hasil akal-mu sendiri, padahal kamu sudah sangat siap dengan segudang rencana. Ternyata kamu makin banyak rencana, kamu merasa makin cemas. Karena dengan akalmu itu, kamu merasa makin tahu masa depanmu. Padahal akal-mu melihat masalah keberhasilan dan kegagalan itu tidak ada bedanya. Kamu sendiri malah menyiapkan Skenario Berhasil dan Skenario Gagal.

Kamu tau Dul, setiap hari aku ini terima tamu yang sowan, ada banyak tamu yang kena Kutukan kayak kamu ini. Mereka itu masih ngga yakin sama bisnis yang mau dibikinnya itu. Mereka masih pengin dengar wejangan-ku, nasihatku, “penerawangan”-ku, kira-2 kedepannya bisnisnya itu gimana .. Apa ngga edan, wong saya bukan orang bisnis kok ditanya masa depan bisnis. Mereka itu makin banyak rencana, makin banyak tahu, ternyata makin kena Kutukan Pengetahuan.

Coba kamu sowan ke kyai mana saja. Kalo kamu minta wejangan karena mau bisnis, pasti jawabannya sama. Kalo mau bisnis, kamu harus ingat, bahwa rejeki itu sudah dijatah sama Gusti Alloh. Bisnismu mau sukses besar atau ngga, itu sudah kehendakNya Gusti Alloh. Kalau Gusti Alloh berkehendak sukses, itu berarti kamu diberi banyak titipan sama Gusti Alloh. Titipan zakat, titipan menyantuni anak yatim dan orang miskin, dan banyak titipan rahmatanlilalamin lainnya. Untuk semua titipan itu, kamu harus ikhlas untuk selalu berbagi.

Orientasimu jangan uang dan kekayaan, tetapi untuk keberkahan hidupmu, keluargamu dan masyarakatmu. Jangan lupa sujud syukur setiap hari, dan terus ber-ikhtiar sekuat tenaga dan pikiranmu untuk membesarkan bisnismu setiap hari. Banyak-banyak silaturrahmi, jalani bisnismu sebagai ibadahmu. Kalau itu semua kamu lakukan, masa depan bisnismu pasti sukses, Gusti Alloh selalu memberikan keberuntungan kepadamu.

Lha anehnya Dul, setelah aku kasih wejangan seperti itu, dan amalan untuk berdoa dan bersyukur, mereka merasa bebas dari keraguan, ketakutan. Mereka lebih bersemangat menjalani rencana bisnisnya, ikhlash menjalani prosesnya dan mem-pasrah-kan hasilnya 100% kepada Yang Maha Kaya.

Kalau sudah begitu, mereka sudah bebas dari Kutukan Pengetahuan. Mereka sudah tidak mengandalkan 100% pada akal-nya yang terbatas itu, tetapi 100% kepada Yang Menciptakan Akal.

Si Bedul: “Wah, harus seperti itu ya Gus ?”

Gus Pur : “ Iya Dul, jangan kebanyakan rencana-rencana lagi, tinggal jalan aja kok repot!”

Thursday, May 24, 2007

Gaya Hidup UMR

Menjadi TDA, buka usaha sendiri, lalu alhamdulillah dikasih sukses, seringkali menuai anggapan orang bahwa sang pengusaha itu otomatis banyak uang. Memang betul banyak uang. Pengusaha itu sudah terbiasa dengan uang yang lalu lalang. Masuk bagaikan airbah, keluar bagaikan dam jebol. Banyak uang masuk dan sekaligus banyak uang keluar. Lah lalu dimana nikmatnya ? Bebas finansialnya dimana ? kaya-nya disebelah mana ?

Dari pekerja yang bergaji “pas-pasan”, lalu buka usaha sendiri, sukses, dapet uang beberapa kali lipat dari gajinya, banyak yang merasakan sebagai bebas finansial. Ya betul 100%, sang pengusaha akan bebas mau beli apa aja, mulai dari baju, makan, mobil, rumah, dll. Ada yang salah ? oh tidak, lah wong itu duit-2nya sendiri. Sah-sah saja. Selama hasil usahanya bisa mencukupi semua pengeluarannya. Nah inilah nikmatnya jadi pengusaha.

Lah kok bisa dibilang kaya ? Emang orang kaya harus punya banyak uang ? Tidak mutlak seperti itu. Coba tanya tetangga, orang kaya itu jawabnya pasti yang rumahnya bagus, mobil mentereng, baju keren, dan hobi mejeng di kafe beken. Definisi kaya itu bagi banyak orang adalah yang tampak dimiliki, bukan yang disimpan. Apalagi dalam bentuk investasi yang berbuah passive income.

So, kalau pengin jadi TDA, dan buka usaha sendiri dengan cita-2 kaya seperti itu, boleh-boleh saja. Itukan uang anda sendiri, dan saya yakin mencapainya juga ngga mudah. Tapi kalau Anda seperti itu, saya mengatakannya “Anda Berbisnis untuk Membiayai Gaya Hidup Anda !”

Ujung-2nya adalah gaya hidup. Gaya hidup sering tumbuh seiring keberhasilan anda. Jaman bergaji 1 juta, anda bisa bergaya hidup 1 juta. Setelah jadi TDA, usaha sendiri, dengan hasil usaha 20 juta, ternyata gaya hidup anda tidak terasa menjadi 20 juta juga. Sampai kadang-2 bingung, kok bisa ya ada orang bisa hidup dengan 1 juta sebulan. Padahal itu sudah pernah anda lewati. Saya mengatakannya Anda tetap orang sukses, ya, sukses untuk bisa membiayai gaya hidup anda sebanyak uang yang anda punya. Dan anda sedang membangun tangga, yang jika suatu saat tangga itu patah, anda akan jatuh dengan lebih menyakitkan.

Itulah yang paling banyak saya dengar, baik karyawan atau pengusaha, baik yang pegang uang sebulan 1 juta, 5 juta, 20 juta, atau 50 juta, keluhannya sama. Uang yang mereka pegang masih kurang .. kurang dan kurang … Lah gimana mengatasinya ?

Rubah mindset anda, tetapkan Plafon Gaya Hidup Anda, sekarang juga. Plafon adalah batas atas, dan gaya hidup memang harus dibatasi. Seberapapun anda pegang banyak uang, tetap anda harus tetapkan plafon itu. Kalau bisa, tetapkan plafon gaya hidup anda, senilai UMR dikota anda !

UMR dihitung oleh para ahli, dan mereka yakin orang dengan gaji UMR pasti masih dapat hidup, untuk semua jenis pengeluarannya. So, kita pasti juga bisa dong hidup dengan pengeluaran sejumlah UMR setiap bulannya ? khan orang lain bisa …

Anda semua pasti ngamuk … ngawur aja kamu, pulsa HP-ku saja senilai UMR ! belum bajuku, makan, nonton, beli buku, ngafe, dll. Yang nempel dibadanku setiap hari saja sudah senilai 3xUMR, belum makan, ketemu temen-2 dll, itu sudah 1 UMR. Belum lagi pengeluaran keluarga, anak-2. Ya ngga mungkinlah …

Ya itulah jawaban kenapa menjadi TDA, usaha sendiri, memang ngga betul-2 menjamin anda punya banyak uang. Tapi hanya menjamin meningkatnya Gaya Hidup Anda …

Saya punya mimpi itu, tapi susah sekali meraihnya, sepertinya mustahil. Karena ini adalah bentuk pencapaian yang terbalik.

Bagi saya, Gaya Hidup UMR adalah cermin kesederhanaan.

salam

Saturday, May 5, 2007

TARGET UTANG 1 MILIAR

Mungkin anda akan bilang ini target edan, masak target kok utang. Tapi saya orang yang menyesal mengapa baru berani utang sekarang-2 ini. Utang bukanlah sesuatu yang mudah didapatkan, baik dari teman apalagi utang formal dari Bank. Kalau utang ke teman, kita harus bisa dipercaya 1000%, dan kalau ke Bank, kita harus punya usaha yang terkelola dan tumbuh dengan baik. Tapi hindari gadai dan renternir yaa, apalagi ngemplang!. Juga hindari utang konsumtif, seperti beli rumah untuk ditempati atau beli mobil untuk bergaya.

Kalau kita masih karyawan, kita paling bisa mendapatkan utang dari Bank dengan cicilan maksimal 1/3 dari gaji. Misal dengan mendapatkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang lebih mudah didapatkan oleh karyawan daripada pengusaha. Kecuali perusahaan kita baik, mau ngutangin, walau dengan berbagai macam ikatan. Cara termudah bisa dari Kartu Kredit, tapi ini uang mahal. Cara yang lebih bisa diharapkan adalah pinjaman formal melalui Bank, yang kemudian kita kelola untuk terus bisa meningkat pinjamannya.

Kalau kita bisa dipercaya Bank diberi utang untuk usaha sebesar 1 M, itu berarti dari kacamata Bank, agunan dan jaminan usaha kita juga dipercaya mampu membayar cicilan, ini berarti bisnis kita cashflow-nya baik dan tumbuh.

Saya punya buku saku “Cara Jitu Mendapatkan Kredit Bank – Panduan untuk UKM” karangan Agoeng Widyatmoko terbitan Media Kita 2005. Saya belajar teorinya dari situ, walau secara praktek harus kita modifikasi. Mungkin Anda bisa baca buku ini untuk mendapatkan pengetahuan awal tentang kredit Bank.

Prinsip awal berhutang ke bank, kita harus punya Agunan dan Jaminan Usaha. Agunan biasanya rumah/toko. Jaminan Usaha adalah bisnis kita, bisa produksi, toko grosir atau toko eceran. Agunan kadang hanya menjadi syarat formal saja, tetapi Jaminan Usaha yang menggambarkan Cash Flow bisnis kita itulah yang utama. Bank akan lebih melihat Jaminan Usaha, disamping Agunan.

Sebenarnya saya kurang kompeten untuk menjelaskan soal utang-mengutang ini. Saya mengundang Pak Yoyok (adik Pak Hadi) yang mantan Banker untuk bisa menjelaskan trik-trik mendapatkan kepercayaan Bank, dari kacamata orang Bank.

Saya ingin sharing target saya menuju utang 1 M di akhir tahun 2007, melalui bisnis ritel sejak 2004. Ini sharing loh yaa, bukan nyombong, bangga atau ingin dibilang hebat. Karena saya ingin teman2 punya keberanian yang sama nantinya.

Saya hanya punya pengalaman praktisnya saja, dan ini salah satu Winning saya. Singkatnya sbb:
- Maret 2002 : pertama kali menjadi TDA, tidak punya utang Bank, modal usaha dari gaji terkahir + tunjangan uang obat 1 tahun. Asik khan, Anda pasti punya yang seperti ini.

- Januari 2004 : masih tidak punya utang Bank, tetapi sudah punya mimpi.
- Juli 2004 : utang Bank 120 juta (pertama kali)
- Juli 2006 : total utang Bank 300 juta
- Januari 2007 : total utang Bank 400 juta
- Mei 2007 nanti : total utang Bank 750 juta (lagi proses)
- Des 2007 (target) : total utang Bank 1 M (kalau bisa sebelum lebaran 2007)

Lah kok bisa ? agunan dan jaminan usahanya apa ? prosesnya gimana ? nanti bayar cicilannya pakai apa ? Nah itulah rahasia dan kehendak-NYA.

Salah satu yang agak “menyebalkan” adalah adanya BI Checking, dimana data kita sebagai peminjam sudah masuk ke Bank Indonesia (BI). Katanya semua data utang perorangan dari bank manapun sudah masuk ke BI. Jadi kredibilitas kita juga bisa diketahui oleh bank sebelum kita mendapatkan pinjaman.

Saya tidak akan sharing caranya dulu. Kali ini hanya ingin menanyakan kepada Anda semua ? Anda sudah punya target utang ? berapa ? tahun berapa dicapai ?
Kalau Anda tidak punya target utang …jangan pernah mengeluh soal modal pengembangan usaha loh …

Sebenarnya yang bener BUKA USAHA DULU atau UTANG DULU sih ? he..he..he … saya sendiri juga agak takut kasih tahu Anda semua. Saya rasa Anda yang bisa menjawabnya.

Salam
Rosihan
www.neslink.com/ritel
Ridla Jaya & Saqina Distro Muslim
Founder TDA Yang Terhormat,

Sedih juga membaca email Bapak soal Member TDA yang Sedang Prihatin. Tapi itulah kenyataan menjadi TDA, kadang bisa diatas dan dibawah, roda berputar. Itu sebuah fenomena yang diluar kontrol kita.

Saya yakin saat ini Founder telah “MELEDAK” (alias kuwalahan) karena sebagian besar Member TDA akan sering bertanya, konsultasi, berbagi info sukses, tapi juga keluhan “kegagalan”. Mungkin Pak Roni suatu saat akan bosan dan capek melayani hal itu. Tapi itu sebuah konsekuensi menjadi Lokomotif.

Dari 900 member, 5%-nya adalah 45 member yang sedang mengalami “kegagalan” menjadi TDA yang berhasil.

Menjadi TDA yang sesungguhnya memang tidak bisa serta merta lahir dari “provokasi” milis dan blog. Menjadi TDA perlu proses pembelajaran yang riil, sekolah, konsultasi, coaching intensif, kursus, interaksi, silaturahmi komunitas, pembinaan, menjadi binaan dan adanya Jaring Pengaman Sosial TDA.

Berikut usul saya : Saatnya membangun TDA RESOURCE CENTER (TDA RC), yang terdiri dari :

TDA Institute : mohon bisa didirikan untuk memberi bekal pengetahuan formal Business in General (manajemen, marketing, keuangan, bank, pajak, dll). Ini harus dalam bentuk Short Course terstruktur, dalam kelas, dengan dosen tamu yang kompeten. Siapa tahu "kegagalan" temen-2 karena melupakan hal ini. Tapi jangan seperti EU-nya Purdi Chandra, yang isinya hanya “provokasi” saja untuk keluar dari perusahaan, tapi tidak ada proses lanjutannya dalam bentuk komunitas yang “guyub”.

TDA Business Consulting & Coaching : sebagai sandaran konsultasi, media pembinaan bagi para TDA yang memulai bisnis, pasca lulus dari TDA Institute. Pembinaannya bisa one to one, one to many, tandem, dll.

TDA Financing : sebagai alternatif pendanaan dari komunitas, dimana sumber pendanaan bisa dari pihak ketiga. Ini yang agak susah. Sumber dana bisa dari Pengelolaan Zakat Produktif. Sumber dana bisa dari ZAKAT 20% Gross Profit anjuran Pak Faiz.

JPS TDA : ini bisa jadi penyangga sosial bagi “kegagalan” member TDA memulai usaha. Sumber dana bisa dari ZAKAT 20% Gross Profit anjuran Pak Faiz.

Dll, mohon teman-2 bisa menambahkan.

Sebagai Member, saya salut kepada para Founder TDA, Bapak/Ibu semua begitu mulia menjadi Lokomotif TDA. Tapi jika TDA semakin besar, saatnya membangun Sistem TDA, agar tidak lagi tergantung pada person-2 founder TDA, tapi kepada sistem. Tapi jika sudah menjadi sistem, semoga tidak mem-birokrat, tetap fleksibel, open.

Ketika saya belanja selimut ke rumah Pak Hadi, saya sempat menunggu 15 menit Pak Hadi terima telepon temen TDA untuk konsultasi. Pak Hadi juga cerita, temen-2 TDA sering konsultasi banyak hal tentang bisnis. Saya membayangkan Pak Hadi akan kedatangan 1000 tamu sebulan setiap malam. Maka "meledaklah" Pak Hadi.

Terima kasih

He…he…he..serius amat yaa …

Salam
rosihan
www.neslink.com/ritel
Ridla Jaya & Saqina Distro Muslim

Kamu Tidak Akan Pernah menjadi TDA

Pagi itu si Bedul makin gelisah, bombardir email dimilis TDA dan blog-blog-nya member TDA makin membuat dia bingung. “aku mau TDB terus atau pindah TDA yaa ??”. Dia bingung mau nanya kemana … klo nanya ke TDA, jawabnya pasti provokasi terus. “Lah tanya siapa yaa ?? oh iya, aku tanya Gus Pur aja, aku pengin nasihat yang lebih arif ”. Gus Pur adalah kyai edan yang dikenal baik sama si Bedul pas iseng ikut pengajian tasawuf.

Si Bedul : assalamua’alaikum Gus …


Gus Pur : salam, ada apa Dul, pagi-2 kok modar amat muka-mu.

Si Bedul : gini Gus.. saya ini lagi bingung beneran, pengin keluar kerja dari perusahaan, pengin jadi pengusaha, tapi masih takut.”

Gus Pur : kamu itu memang edan, nyepelekan Gusti Alloh. Kamu pikir kalau kamu keluar kerja, Gusti Alloh ngga ngurusin kamu apa ?? Ini pertanyaanmu yang ke-7 kali Dul … aku sebenarnya sudah bosen kamu tanya ini terus ..

(Gus Pur langsung nyerocos sambil muncrat-muncrat ludahnya. Si Bedul ngga nyangka langsung di semprot)

Gus Pur : coba kamu pikirkan ke-7 kali Dul !. Kamu sekarang ini kerja ikut perusahaan. Kamu digaji pas-pasan tiap akhir bulan. Kamu dikasih tunjangan ini itu. Itu supaya kamu bisa melakukan semua kewajiban yang diwajibkan ke kamu sebagai karyawan oleh perusahaan. Kamu biar konsentrasi ngurusi kerjaanmu, dan ngga pernah ngurusin gajimu. Soalnya kamu sudah tenang, sudah yakin, kalau perusahaanmu pasti mengurusimu ! menggajimu ! ngasih makan kamu ! njamin biaya kesehatanmu! Ngreditin mobilmu ! ngasih pinjaman uang muka rumahmu ! kurang apa lagi ???

Si Bedul : iya ..iya Gus, saya memang menikmati itu … (sambil nunduk malu)

(Gus Pur nyerocos terus) “Jadi, sebenarnya apa bedanya dengan jadi karyawannya Gusti Alloh ?

Si Bedul : loh maksudnya Gus ? karyawannya Gusti Alloh ?

Gus Pur : lah iya, Gusti Alloh itu yang punya PT Mestakung ! Siapa bosnya ? ya Gusti Alloh langsung ! Kalau kamu jadi karyawannya Gusti Alloh, GAJI kamu UNLIMITED ! TAK TERBATAS! suka-suka Gusti Alloh. Kamu akan dikasih tunjangan rejeki ini itu, dan kamu laksanakan aja semua kewajiban yang diwajibkan oleh Gusti Alloh ke kamu. Kamu konsentrasi saja ngurusi kerjaanmu, dan ngga usah ngurusin rejekimu. Soalnya kamu sudah tenang, sudah yakin, kalau Gusti Alloh pasti mengurusimu ! menggajimu ! ngasih makan kamu ! njamin kesehatanmu! njamin mobilmu ! njamin rumahmu !. Dan semua pemberian itu UNLIMITED ! TAK TERBATAS ! ngga kayak kamu sekarang ini, perusahaanmu itu serba Limited, serba Terbatas. Jadi kamu sendiri toh yang membatasi semua itu?

Si Bedul : lah pekerjaan utamaku apa Gus ? (si Bedul nyela)

Gus Pur : Cuman kewajiban pekerjaan utamamu beda, yaitu menyebarkan rahmatanlilamin ! Jadi khalifatulloh dimuka bumi !

(Gus Pur nyeruput kopinya sebentar .., diam sejenak. Si Bedul agak tenang sedikit)

Si Bedul : iya.. iya Gus ..sekarang saya harus ngapain Gus ?

Gus Pur : lha sekarang kamu mau buka usaha apa ?

Si Bedul : buka toko busana muslim Gus …

Gus Pur : tujuanmu apa buka toko itu ?

Si Bedul : (sambil sok yakin) ya untuk usaha Gus, cari uang. Saya khan penginnya jadi pengusaha yang bebas finansial Gus. Klo saya punya toko, khan nantinya dapat untung. Yang kerja juga karyawan saya Gus, jadi saya akan terima Passive Income Gus.

Gus Pur : bebas finansial gundulmu, passive income mbahmu !!! (sambil ludahnya muncrat ke mukaku)

Gus Pur : kamu kok masih bego amat seh ! bebas finansial itu urusan Gusti Alloh ! bukan urusanmu !

Si Bedul : lah terus tujuannya apa Gus !

Gus Pur : klo kamu buka toko busana muslim, tujuanmu ya pelayanan umat ! ngasih umat barang bagus dan murah ! mbuka lapangan kerja!. Jadi karyawannya Gusti Alloh untuk urusan pelayanan umat, mbuka lapangan kerja dan mbagi rejeki ke supliermu dan karyawanmu ! sedangkan hasilmu, rejeki atau gajimu itu urusan Gusti Alloh ! Bukan urusanmu !

Si Bedul : lah buat apa dong Gus aku belajar ke Brad Sugars, Kottler dll lain-2 itu kalo tujuannya bukan bebas finansial ?

Gus Pur : loh, kok ngambeg. Emang si Brad sama Kottler itu bisa njamin kamu 100% bebas finansial ? yang bisa njamin cuman Gusti Alloh Dul. Kamu belajar ilmu mereka itu hanya untuk modal ikhtiar ! supaya manajemen tokomu lancar. Kalau kamu makin pinter ngelola toko, tokomu bisa makin besar dan banyak! kamu bisa melayani umat lebih banyak, karyawanmu banyak. Kamu pintar mengelola bisnis itu harus, itu kewajiban. Itu modal professionalmu supaya kamu tidak dipecat dari status karyawannya Gusti Alloh. Lah kalau kamu goblok, ngelola bisnis saja nggak becus, mana bisa kamu melaksanakan tugas utamamu, menyebarkan rahmatanlilalamin … ?? Tapi ingat, segala kesuksesan bisnismu itu bukan karena kepintaranmu atau karena si Brad & Kottler itu ! tapi itu semua kehendaknya Gusti Alloh !

Gus Pur : wis … sekarang kamu berkarir aja di PT Mestakung, jadilah karyawannya Gusti Alloh sebaik-baiknya. Lakukan semua perintah dan larangan bosmu itu ! Jadilah karyawan pilihan Gusti Alloh. Kalau kamu pusing, tanya Gusti Alloh langsung. Kalau kamu bahagia, terima kasihlah ke Gusti Alloh langsung ! Sudah, dari tadi mikir gitu aja kok repot...

Si Bedul : wah … edan bener Gus ..assalamu’alaikum Gus …

(Si Bedul makin tenang dan yakin, bahwa dia tidak akan benar-2 keluar dari perusahaan, tapi cuman pindah kerja aja! Busyet ..gampang bener ….)

Salam
Rosihan
Disarikan dari pemahaman atas pengajian kitab tasawuf klasik Al Hikam karya Ibn Ataillah as-Sakandari.

Buku Brad Sugars dan Manajemen Ritel

Seminggu lalu membeli buku "Jalur Cepat Menuju Kaya" karya Brad Sugars di Gramedia, saya terus berusaha mendapatkan poin2 pentingnya, khususnya pada bab yang membahas 5 Tingkatan Wirausahawan.

Saya membaca berulang-ulang bagian Tingkat 1 - Pekerja Mandiri dan Tingkat 2 - Manajer. Sepenuhnya saya menyadari, menjadi TDA sejak 2002 di bisnis Teknologi Informasi, ternyata hanya menempatkan saya berputar-putar pada Tingkatan 1 dan 2 saja. Saya telah bekerja keras dan tidak maju-maju. Thanks for Brad Sugars, saya mendapatkan pencerahan sekali dengan buku ini.

Inti dari Tingkat 1 adalah periode penting untuk memulai, bekerja keras, dan belajar banyak hal. Intinya adalah pendidikan bisnis, sekaligus menikmati kelebihan sedikit finansial dari masa menjadi Karyawan.

Inti dari Tingkatan 2 adalah membangun fondasi bagi bisnis untuk dapat tumbuh terus dimasa depan. Harus mulai belajar sistem, bagaimana mengembangkannya, menangani pertumbuhan, mendelegasikan pekerjaan, dan mengembangkan kepercayaan.

Di bisnis IT saya, saya telah bekerja keras dan tidak maju-maju. Saya tidak mempelajari apa yang seharusnya saya pelajari di Tingkat 1 dan Tingkat 2.

Bagi Member TDA yang baru memulai usaha, Anda wajib baca buku ini, supaya Anda tahu betul tahapan yang akan Anda lalui, dari mulai karyawan hingga Wirausahawan. Dan Anda bisa tentukan kapan Anda berpindah dari tingkat ke tingkat, tanpa perlu terjebak seperti saya, 5 tahun hanya berkutat di Tingkat 1 dan Tingkat 2.

Saya tidak mau terjebak seperti itu lagi di bisnis Ritel yang sedang saya besarkan sekarang. Saya harus mengembangkan bisnis ritel saya dengan baik dan benar. Saya harus belajar, kalo perlu kuliah bisnis ritel. Sebenarnya ada Hari Darmawan Business Ritail Institute, tapi setelah saya kontak tidak mendapatkan respon yang pasti. Sempat bingung juga …dimana yaa sekolah yang serius untuk bisa berdagang dengan cara modern ?

Setelah tuntas baca buku Bard Sugars, saya segera balik ke Gramedia, yang saya cari, buku soal mengelola toko/bisnis ritel dan juga membangun sistem. Alhamdulillah, saya menemukan buku text book kuliah “Manajemen Ritel – Strategi dan Implementasi Ritel Modern”, catakan 2006 karangan Christina Whidya Utami, doktor dan dosen kuliah Manajemen Ritel. Luar biasa, buku ini dilahirkan dari kolaborasi peneliti, praktisi dari Matahari dan Makro. Tapi jangan dibayangkan ini buku saku, ini buku kuliahan, padat sekali, sebanyak 300 halaman dengan harga Rp.59.900. Jadi siap-2lah menjadi pelajar/mahasiswa lagi. Saya tidak tahu, apakah mahasiswa yang kuliah Manajemen juga mendapatkan ini.

Sekilas daftar isi buku :
Bab 1 : Ruang Lingkup Bisnis Ritel
Bab 2 : Perilaku Belanja Pelanggan dalam Bisnis Ritel
Bab 3 : Strategi Pemasaran Ritel
Bab 4 : SDM dalam Ritel
Bab 5 : Aspek Keuangan Ritel
Bab 6 : Pemilihan Lokasi Ritel dalam Area Perdagangan
Bab 7 : Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasokan
Bab 8 : Manajemen Hubungan Pelanggan dalam Ritel
Bab 9 : Perencanaan dan Pengelolaan Keanekaragaman Barang
Bab 10 : Sistem pembelian Barang Dagangan
Bab 11 : Strategi Penetapan Harga
Bab 12 : Bauran Komunikasi Ritel
Bab 13 : Desain Tata Ruang Toko dan Visualisasi Barang Dagangan
Bab 14 : Kualitas Layanan dalam Bisnis Ritel
Bab 15 : Sistem Antrean dan Penanganan Keluhan

Jadi untuk semua member TDA yang ingin/sudah masuk ke bisnis ritel, saya rekomendasikan membeli dan membaca buku ini. Jika anda punya kios, toko, distro, yang menjual eceran, anda akan mendapatkan banyak pengetahuan teknis disini. Karena kita akan belajar cara pengelolaan Ritel Modern (seperti Matahari, Ramayana, Makro, Alfa, dll).

Mohon doa restu atas dibukanya distro kami, SAQINA Distro Muslim di Mojokerto – Jatim.

Salam
rosihan